Market

Bulan Madu Minyak Sawit Cs Bakal Berakhir, Neraca Perdagangan Siap-siap Jeblok

Selasa, 16 Agu 2022 – 21:08 WIB

Bulan Madu Minyak Sawit Cs Berakhir, Neraca Perdagangan Jeblok

Harga minyak sawit mentah (CPO) anjlok, semoga bukan pertanda buruk.

Penurunan harga minyak sawit mentah (CPO) dan nikel di pasar global, sinyal kuat memburuknya neraca perdagangan Indonesia. Tampaknya, bulan madu komoditas unggulan sudah usai.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira kepada Inilah.com, Jakarta, Selasa (16/8/2022), menerangkan, ketika resesi global melanda dunia maka berdampak kepada permintaan. Ujung-ujungnya harga komoditas unggulan Indonesia terjun bebas.

“Memang betul, ada perang Rusia dan Ukraina, ditambah eskalasi militer di Taiwan. Namun yang lebih penting adalah krisis ekonomi global. Pak Jokowi sendiri yang bilang, hati-hati ekonomi global bakal terus turun pada 2023. Kemungkinan hanya tumbuh 2,9 persen. Implikasinya permintaan terhadap komoditas yang menjadi andalan Indonesia, turun juga,” beber Bhima.

Dengan turunnya permintaan itu, lanjut Bhima, dikhawatirkan terjadi pembalikan harga atau price reversal. Seketika, harga komoditas anjlok. Sebelum itu terjadi, pemerintah perlu bersiap dengan mengurangi ketergantungan terhadap komoditas. Bisa beralih ke sektor manufaktur atau digital,” tuturnya.

Sebelumnya, Deputi Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS), Setianto menyatakan, kinerja ekspor dalam tujuh bulan pertama 2022, cukup membantu perekonomian nasional.

“Ini memang menunjukkan pertumbuhan yang impresif, utamanya didorong peningkatan harga komoditas, khususnya ekspor utama Indonesia,” tutur Setianto, Senin (15/8/2022).

Di mana, kinerja ekspor sepanjang Januari hingga Juli 2022 mencapai US$166,70 triliun. Naik 36,36% ketimbang periode sama di tahun sebelumnya yang mencapai US$ 122,25 miliar.

Namun, Setianto mengingatkan, kinerja ekspor yang tinggi tak bisa bertahan selamanya. Bila menurut pengamatannya, ini terjadi karena mulai turunnya harga komoditas.

Di sisi lain, Setianto melihat volume ekspor Indonesia cenderung stagnan, sehingga bila harga komoditas mulai melorot, ekspor berpotensi kehilangan taringnya.

Pada Juli 2022, harga beberapa komoditas utama ekspor maupun impor Indonesia mulai menurun. Sebut saja komoditas ekspor andalan Indonesia yakni CPO mencatatkan harga US$1.056,6 per metrik ton. Turun 29,61% (mom). Bila dibandingkan dengan tahun lalu, harga CPO terkoreksi 0,60% (yoy).

Setali tiga uang dengan harga nikel pada akhir Juli 2022 tercatat US$21,5 per metrik ton. Turun 16,28% (mom). Namun, secara tahunan harga nikel masih meningkat 14,20% (yoy). Sedangkan feronikel jatuh ke US$ 0,4 per dmtu.

Sedangkan batubara masih tinggi. Harga si emas hitam bertengger US$ 306,4 per metrik ton, atau naik 7,55% (mom). Bila dibandingkan dengan akhir Juli 2021, batubara meroket 150,53% (yoy).

Nilai ekspor sudah mulai melambat, sebesar US$25,27 miliar, atau turun 2,20% dibandingkan nilai ekspor Juni 2022 sebesar US$26,15 miliar. Artinya, setiap komoditas ada waktunya kapan berjaya, kapan nyungsep.

Back to top button