Kanal

Berpihak ke Rakyat di Pasar Becek

Tangan perempuan itu tak henti-hentinya merapikan daging ayam dagangannya. Sementara mulutnya terus bercerita tentang pembeli di kiosnya yang sering mengeluhkan harga daging ayam yang masih tinggi.

Pedagang bernama Sutinah itu mengaku susah menjual daging ayam kalau harga naik. Harapannya semua harga-harga bahan pokok turun. “Jadi pembeli senang pasar juga akan ramai,” curhat Sutinah, di Pasar Cibubur, Jakarta Timur, saat sidak Zulkifli Hasan, sehari setelah dilantik sebagai Mendag, mengutip video di KompasTV, Rabu (15/6/2022).

Dialog dengan pedagang pasar seperti ini dilakukan Zulhas hampir setiap kunjungan. Perbincangan pun sangat cair. Misalnya ada pedagang yang mengeluhkan nasibnya karena sepi pembeli, meminta agar harga garam diturunkan mengingat sudah naik sampai tiga kali lipat, atau keluhan harga bawang bombai yang naik tak wajar.

Zulhas terlihat santai dan tidak kaku ketika mendengarkan keluhan para pedagang. Sesekali ia menyorongkan kepalanya agar dapat mendengar lebih jelas ucapan pedagang. Ia berjanji segera melakukan pengecekan untuk mencari tahu letak permasalahannya.

Di pasar becek, Zulhas juga tidak hanya memantau harga bahan pokok, namun kerap menampung berbagai keluhan. Dalam beberapa kesempatan, Zulhas sering ngopi di warung, memberikan ‘THR’ atau tambahan modal kepada pedagang, bahkan ada pedagang yang mendapat hadiah umroh.

Tahu Benar Fungsi Pasar Rakyat

Di Indonesia, pasar tradisional konon sudah ada sejak kerajaan Kutai Kertanegara pada abad kelima. Kehadiran pasar-pasar ini berawal dari sistem barter barang sehari-hari oleh masyarakat setempat dengan para pelaut Tionghoa.

Secara ilmu ekonomi, pasar menjadi tempat pembentuk harga, sehingga bisa mencapai keseimbangan harga. Selain itu, pasar menjadi sarana bagi produsen menyalurkan barang, mengenalkan produk dan mengatur kegiatan produksi berdasarkan jumlah barang dan persediaannya di pasar. Sementara bagi konsumen, pasar penting untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Konsumen di pasar juga bisa membandingkan harga serta kualitas barang yang dibutuhkan.

Uniknya, keberadaan pasar tradisional dalam kearifan budaya masyarakat Indonesia yang heterogen bukan hanya urusan jual beli. Pasar tradisional sekaligus miniatur kehidupan sosial, budaya, dan politik masyarakat setempat. Ada nilai-nilai luhur dan kearifan lokal yang berkembang, yakni menjadi wadah konsepsi kehidupan dan ajang interaksi sosial budaya.

Zulhas tahu benar tentang peran penting pasar. Karena itu, begitu dilantik 15 Juni 2022, yang pertama kali didatangi adalah pasar tradisional yang identik dengan becek, kumuh, serta bau tak sedap. Bukan mendatangi pasar modern di mal-mal.

Setiap kunjungan ke pasar, ia ingin memastikan harga kebutuhan pokok terkendali. Jika terjadi lonjakan harga, pemerintah daerah maupun pusat bisa segera melakukan antipasipasi kalau perlu mengeluarkan subsidi pangan.

Tak hanya itu, Zulhas juga mengajak masyarakat gemar berbelanja di pasar tradisional. Selain karena harga lebih murah, pasar tradisional adalah pusat dari perekonomian masyarakat, sekaligus membantu UMKM agar lebih berkembang.

Bukan Menteri Salon

Menurut catatan Kemendag, hingga hari ke-200 sebagai Mendag, Zulhas sudah melakukan kunjungan 44 pasar dari ujung barat Pasar Al-Mahira Lamdingin Kota Banda Aceh hingga ujung timur Pasar Sentral Remu Sorong Papua. Dipastikan, Zulhas menjadi Mendag yang paling banyak mendatangi pasar tradisional sepanjang sejarah. Ia menyukai berkantor di pasar becek, berpanas-panasan, tanpa tampilan jas dan dasi. Bukan menteri salon yang selalu tampil perlente, tak mau terkena panas sinar matahari atau debu.

Komitmennya kepada rakyat menjadi dasar dari aksi blusukannya ke pasar. “Sebelum rapat-rapat, justru (kunjungan ke pasar) ini yang penting. Saya dengarkan langsung keluhan pedagang dan pembeli. Harga-harga barang kebutuhan pokok harus segera kita kendalikan dan cari solusinya. Kasihan rakyat,” ujar Zulhas.

Mendag meminta seluruh jajaran Kemendag terus berkeliling memastikan harga dan ketersediaan kebutuhan pokok agar terkendali. Dengan lebih banyak berada di pasar becek, Mendag sadar betul akan lebih memahami persoalan dan menentukan strategi penanganan masalah pangan yang tepat secara nasional.

Dari pasar yang becek ini, Zulhas bisa menyelesaikan persoalan, mulai dari rantai pasok hingga melambungnya harga-harga barang kebutuhan pokok. Terbukti, beberapa momen seperti Lebaran, Natal, dan Tahun Baru, harga relatif stabil dan kebutuhan pokok tetap tersedia.

Latar Belakang Menjadi Modal

Keluwesan dan ketidakcanggungan Zulhas dengan pasar becek atau pasar tradisional tak lepas dari latar belakangnya. Pembawaan yang sederhana, dengan tutur kata yang tidak berbelit-belit membuat ia dengan mudah berkomunikasi saat di pasar. Pedagang terlihat tidak canggung untuk berbincang-bincang meskipun dengan seorang menteri.

Zulhas muda memang ditempa berbagai pengalaman hidup. Ia sempat menjadi tukang cuci mobil taksi, menjual minuman keliling hingga menjual panci kepada ibu-ibu dari pintu ke pintu. Ini menjadi modal kuat bagi Zulhas memahami seluk beluk kesulitan rakyat di tingkat bawah. Termasuk para pedagang dan ibu-ibu pembeli di pasar.

Ia pun memiliki pengalaman menjadi pengusaha, memimpin beberapa perusahaan besar di sektor ritel. Zulhas merintis karir usaha di sektor ritel ini sejak usia sangat dini. Dan di usia 21 tahun, gurita bisnis yang dijalaninya sudah menyebar hingga ke berbagai pelosok, merambah 20 provinsi dan 100 lebih kabupaten.

Pengalaman dan rekam jejak yang panjang menjadi modal besar Zulhas. Ini mengingat urusan pangan memerlukan pengalaman dan kerja lapangan yang kuat. Ditambah dengan langsung melihat situasi dan kondisi di lapangan, menjadi kunci utama penyelesaian harga dan pasokan bahan pokok di dalam negeri.

Tak Mau Pasar Becek Terus

Senang mengunjungi pasar tradisional bukan berarti cinta mati terhadap kondisi pasar becek dan membiarkannya tidak menjadi lebih baik. Karena bagaimanapun pasar harus nyaman. Apalagi saat ini banyak supermarket menyediakan bahan pokok yang biasa dijual di pasar tradisional dengan menawarkan kenyamanan berbelanja.

Selain itu kalau sarana prasarana pasar rakyat baik, tentu daerah akan ikut berkembang. Zulhas gencar merevitalisasi pasar yang tidak hanya sebatas tampilan menjadi lebih bersih, tidak becek dan nyaman. Program revitalisasi pasar rakyat Kemendag mencakup empat aspek yakni revitalisasi fisik, manajemen, ekonomi, dan sosial budaya.

Selain lebih nyaman, pasar rakyat yang dibangun juga dilengkapi sarana pos ukur ulang sebagai wujud perlindungan konsumen dan tanggung jawab untuk berdagang secara jujur. Ini penting mengingat kepatuhan para pedagang di pasar tercermin dalam kepatuhan menjual bahan pokok sesuai timbangan, tidak melebihi harga acuan, tidak menjual bahan pangan kedaluarsa, dan tidak menjual produk pangan mengandung bahan berbahaya.

Revitalisasi pasar rakyat juga termasuk dalam ekosistem digital bekerja sama dengan lokapasar (marketplace). Melalui marketplace, penjualan di pasar rakyat dapat meningkat beberapa kali lipat dengan jangkauan lebih luas. Interaksi pedagang dan pembeli pun menjadi lebih mudah.

Kemendag mencatat, pada tahun 2022, terdapat 3.588 pasar rakyat yang telah terdigitalisasi melibatkan 250.062 pedagang. Keberhasilan juga disumbang penerapan situs pasar, informasi harga, dan pencatatan omzet pasar melalui Sistem Informasi Sarana Perdagangan (SISP) dan Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok (SP2KP), serta penerapan pembayaran retribusi secara elektronik melalui perbankan.

Dalam transformasi pasar tradisional, Zulhas bermimpi ada satu juta pedagang menggunakan sistem digital. Ia menyebut sistem tersebut bisa meningkatkan pesanan pembeli kepada para pedagang sebesar 59 kali lipat.

Dengan revitalisasi pasar yang terdigitalisasi tentu akan lebih mudah mengawasi fluktuasi harga bahan pokok, arus distribusi dan ketersediaan pasokan. Pedagang dan pembeli juga bakal mendapat kemudahan dan keuntungan yang adil. Pasar becek pun akan naik kelas, kesejahteraan pedagang dan masyarakat juga otomatis terdongkrak.

Back to top button