Market

Berkah Pemilu 2024 Satu Putaran, Ekonom Citibank Optimistis Perekonomian Tumbuh Tinggi


Chief Economist Citibank NA Indonesia (Citi Indonesia), Helmi Arman menyatakan, secara umum, makroekonomi Indonesia, masih positif terhadap output pertumbuhan ekonomi. Seiring berakhirnya Pemilu 2024 yang hanya satu putaran.

“Dengan penyelesaian pemilu dengan satu putaran, di satu sisi memang stimulus berupa belanja kampanye berakhir lebih cepat. Namun, di sisi lain ketidakpastian politik juga berakhir dengan lebih cepat,” ujar Helmi dalam Konferensi Pers Pemaparan Prospek Ekonomi dan Kinerja Keungan Citi Indonesia Tahun 2023, di Hotel Fairmont, Jakarta Pusat, Selasa (2/4/2024).

Terlebih lagi, lanjut dia, jika melihat manifesto politik presiden terpilih yang mengedepankan keberlanjutan berbagai kebijakan pemerintahan Pak Jokowi, maka hal ini akan mempercepat pemulihan investasi.

“Dan ini membuka jalan untuk percepatan pemulihan siklus investasi di sektor swasta. Dan ini (dari) perspektif pasar obligasi, proses transisi politik yang sedang berjalan ini memang memiliki implikasi fiskal yang belum sepenuhnya kita ketahui,” ucap dia.

Dalam jangka pendek, dengan berakhirnya pemilu dalam satu putaran, tentunya tidak semua belanja-belanja pemerintah terkait pemilu yang sudah dianggarkan akan digunakan sepenuhnya. Hal ini, kata dia, dikarenakan posisi kas pemerintah yang memang sudah relatif kuat.

“Terkait dengan perspektif jangka lebih panjang, pasar obligasi masih membutuhkan kejelasan lebih lanjut tentang dampak fiskal dari program-program pemerintahan mendatang,” ucap Helmi.

Misalnya saja pada program makan siang gratis yang kemungkinan, lanjut dia, besaran biayanya dalam perhitungan kasar dapat mencapai jumlah yang ekuivalen dengan sekitar 1 persen atau bahkan mendekati 2 persen dari PDB Indonesia.

“Kejelasan dari implementasi program-program ini penting bagi investor pasar obligasi, karena akan menentukan outlook jangka menengah dari defisit APBN Indonesia dan juga menentukan arah rasio utang Indonesia,” tegasnya.

Sementara itu, ia menilai Indonesia selama ini dianggap memiliki kredibilitas fiskal yang cukup tinggi di antara berbagai emerging market lainnya, karena Indonesia merupakan salah satu negara yang tercepat menormalisasi defisit APBN setelah pandemi.

Sedangkan terkait dengan dinamika inflasi yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir ini, Helmi menilai karena didorong naiknya harga beras yang disebabkan oleh gagal panen, dan peningkatan permintaan di bulan Ramadan.

“Namun kalau kita melihat inflasi inti, inflasi inti masih berada di bawah dua persen dan harga-harga komoditas impor, juga masih relatif terkendali,” tuturnya.

“Sehingga kami memperkirakan bahwa setelah puncak panen dalam satu dua bulan ke depan, dan juga setelah usainya lebaran, inflasi akan bergerak turun lagi ke level 3 persen,” tandas Helmi.
    

Back to top button