Market

Kekayaannya Susut Rp177,3 Triliun/Bulan, Bos Baterai Listrik China Ini Bakal Cepat Miskin

Gegara keputusan China melakukan lockdown dan kenaikan harga, kekayaan Robin Zeng, bos baterai kendaraan listrik China Contemporary Amperex Technology (CATL) menyusut tajam.

Hanya dalam tempo sebulan, Robin Zeng kehilangan aset senilai US$12,2 miliar, atau setara Rp177,3 triliun (kurs Rp14.500/US$). Diduga, susutnya kekayaan Zeng lantaran kebijakan lockdown serta kenaikan harga bahan baku.

Sekitar April 2022, Forbes mengeluarkan daftar kaum tajir melintir di dunia. Kala itu, kekayaan Zeng ditaksir mencapai US$44,8 miliar, atau setara Rp651,1 triliun. Aset melonjak karena perusahaannya memasok banyak produk ke pasar kendaraan listrik dunia yang memang sedang booming.

Sayangnya kejayaan Zeng tak berumur panjang. Sebulan kemudian, miliarder 53 tahun itu, kehilangan sepertiga kekayaannya. Saat ini, aset Zeng susut menjadi US$32,6 miliar, atau Rp473,8 triliun. Artinya, kekayaan Zeng merosot US$12,2 miliar atau 27 persen dari posisi awal bulan lalu.

Mengutip Forbes, saham CATL yang terdaftar di bursa Shenzhen, di mana Zeng menggenggam 24,4 persen, turun secara beruntun. Keuntungan yang didapat sebelumnya terpangkas oleh meroketnya harga bahan baku.

Karena permintaan untuk kendaraan ramah lingkungan meningkat tajam di seluruh dunia dari yang diperkirakan, pasokan lithium tidak dapat memenuhinya. Indeks harga lithium melonjak 130 persen dalam lima bulan pertama tahun ini, setelah meroket 280 persen pada tahun lalu, menurut penyedia data Benchmark Mineral Intelligence.

Zeng tidak bisa menaikkan harga baterai CATL sesuka hati. Perusahaan ini adalah produsen baterai terbesar di dunia dengan pangsa pasar 35 persen. Pelanggannya berderet, termasuk produsen mobil keren seperti BMW, Geely, dan Tesla.

CATL punya dua kompetitor berat, yakni LG Energy Solution asal Korea Selatan yang menguasai 16 persen pasar. Serta BYD China yang pangsa pasarnya 11 persen. Kenaikan harga yang sepenuhnya memperhitungkan biaya meroketnya lithium, dapat menakuti pembeli dan berisiko mendorong mereka pindah ke pemasok lain.

Selain itu, juga bisa membuat mobil menjadi lebih mahal sekitar US$7.500.Analis memperkirakan, baterai biasanya menyumbang 30-40 persen dari total biaya produksi kendaraan listrik.

Sementara itu, CATL sebelumnya menyatakan berencana berinvestasi dalam proyek baterai listrik di Indonesia senilai US$5,96 miliar. Ini dilakukan untuk memperluas jejak global dan memenuhi permintaan kendaraan listrik yang terus meningkat. [ikh]

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button