Hangout

Ancaman Celana Ketat Mengintai Organ Reproduksi Pria

Menurut dokter spesialis andrologi dan seksologi RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Kencana, Dr. Silvia W. Lestari Sp.And, pria harus berhati-hati dalam memilih celana yang mereka kenakan karena pemakaian celana yang ketat dan berbahan keras dapat mempengaruhi kualitas sperma. Dr. Silvia mengatakan hal ini dalam diskusi daring tentang faktor sperma pada infertilitas pria di Jakarta pada Jumat (10/3/2023) lalu.

“Penggunaan celana yang ketat dapat menekan organ reproduksi pria, sehingga mempengaruhi kualitas sperma yang dihasilkan. Pakaian dalam atau celana panjang dari bahan yang keras seperti jeans juga dapat memberikan pengaruh pada kualitas sperma,” ungkap Dr. Silvia.

Selain pemilihan celana yang tepat, gaya hidup tidak sehat seperti merokok dan minum alkohol juga dapat mempengaruhi kualitas sperma pada pria. Beberapa olahraga juga tidak disarankan untuk dilakukan karena mempengaruhi kesehatan organ reproduksi pria.

“Selain sepeda, melakukan olahraga yang meningkatkan beban perut seperti sit up atau angkat beban juga tidak dianjurkan. Jadi, yang aman adalah berjalan, berlari, atau berenang,” tambah Dr. Silvia.

Untuk menjaga kualitas sperma, Dr. Silvia merekomendasikan pria untuk mengonsumsi makanan yang bergizi dan mengandung protein tinggi serta antioksidan. Makanan tersebut meliputi ikan, ayam, telur, sayur, dan buah-buahan.

Dr. Silvia menekankan pentingnya pengolahan makanan yang tepat karena kualitas sperma juga berpengaruh pada makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Makanan sebaiknya tidak digoreng atau dibakar, tetapi direbus, dikukus, dibuat sup, atau ditumis. Hal ini akan menghasilkan sel benih sperma dan DNA yang utuh dan dapat mempengaruhi kemampuan untuk hamil.

Dr. Silvia juga menyarankan untuk memeriksa kualitas sperma menggunakan mikroskop karena gangguan hormon utama pada pria tidak dapat dideteksi tanpa analisa sperma.

Bagi pasangan suami istri yang sedang merencanakan kehamilan, Dr. Silvia menyarankan untuk memperbaiki pola hidup sehat dan melakukan pemeriksaan sedini mungkin agar dapat diobati jika ada gangguan hormon reproduksinya.

“Perbaikan sperma dapat terjadi dalam waktu 3-6 bulan. Sementara itu, istri dan dokter obgyn dapat melakukan pemeriksaan untuk mengevaluasi kualitas sel telur dan penyakit penyerta yang mempengaruhi kualitas telur atau embrio,” jelas Dr. Silvia.

Pria juga sebaiknya melakukan pemeriksaan hormon reproduksinya sedini mungkin, bahkan sebelum menikah, dengan memperhatikan apakah testis kecil atau hanya satu dan tanda-tanda rambut yang tumbuh sedikit karena kadar testosteron yang rendah.

Back to top button