Market

Anak Muda Terus Serbu Pasar Modal, Jumlah Investor Naik 13,7 Persen

Kalangan anak muda tidak hanya tertarik di dunia politik saat ini, tetapi juga berkontriburi meningkatkan jumlah investor di pasar modal. PT KSEI mencatat  investor pasar modal atau single investor identification (SID) telah mencapai 11,72 juta hingga September 2023 atau tumbuh 13,76 persen.

Data KSEI per September 2023 menunjukkan bahwa investor pasar modal di Indonesia masih didominasi oleh milenial dan gen Z dengan usia 30 tahun ke bawah dan 31-40 tahun dengan jumlah mencapai lebih dari 80 persen dibandingkan September tahun 2022 lalu.

“Hal tersebut sejalan dengan tingkat pendidikan investor pasar modal yang didominasi oleh lulusan Sekolah Menengah Umum (SMU) dengan jumlah 60,28 persen,” papar Direktur Utama Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Samsul Hidayat dalam keterangan resminya usai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) di Jakarta, Jumat (27/10/2023).

Samsul menjelaskan bahwa, berdasarkan data KSEI tersebut menandakan kepemilikan aset investor muda cenderung meningkat dibandingkan tahun lalu. Hal ini memperlihatkan peningkatan antusiasme investor muda.

Lebih lanjut, dirinya menambahkan jika pertumbuhan investor selama sekitar 10 bulan terakhir ditopang oleh pertumbuhan investor reksa dana sebesar 14,47 persen dan investor Surat Berharga Negara (SBN) 15,45 persen.

“Pertumbuhan juga dicatatkan oleh investor saham selama sekitar 10 bulan terakhir yang meningkat 13,27 persen,” jelasnya.

Profil Investor

Samsul pun memaparkan tentang jumlah investor pasar modal terdiri dari 5,02 juta investor saham, 10,99 juta investor Reksa Dana, dan 959 ribu investor surat berharga negara (SBN).

“Jika digabung dengan SID peserta tabungan perumahan rakyat (Tapera), maka total jumlah SID telah mencapai 16 juta,” ujar Samsul.

Adapun dari sisi pekerjaan, 32,86 persen investor merupakan pegawai, disusul dengan pelajar sebesar 26,50 persen.

Sedangkan untuk data kinerja operasional, nilai aset yang tercatat di sistem utama central depository and book-entry settlement system (C-BEST) meningkat 6 persen dari tahun lalu menjadi Rp7.120 triliun. Tren peningkatan tersebut sejalan dengan nilai kapitalisasi pasar serta Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Selain itu, KSEI pun mencatatkan frekuensi pemindahbukuan efek sebanyak 3,9 juta kali atau meningkat 48,85 persen dari tahun sebelumnya, serta nilai pemindahbukuan efek sebesar Rp4.201 triliun.

Frekuensi distribusi tindakan korporasi tercatat sebanyak 5.940 kali di tahun 2023, meningkat sebesar 8,61 persen secara tahunan atau yoy. 

Back to top button