8 Cara Menyelamatkan Diri dari Tsunami
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengumumkan waspada tsunami di Pantai Selatan Jawa. Tinggi tsunami diperkirakan 10 meter.
Informasi ini diungkapkan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di ASEAN Regional Disaster Emergency Response Simulation Exercise (ARDEX) 2023, beberapa waktu lalu seperti dilansir dari laman BMKG.
Dwikorita mengatakan, tsunami dipicu dua sumber gempa, yaitu sesar Opak dan subduksi lempeng atau megathrust. Sesar Opak di daratan Daerah Istimewa Yogyakarta berpotensi menghasilkan guncangan Magnitudo (M) 6,6. Sedangkan subduksi lempeng atau megathrust dengan potensi M 8,7 di selatan Jawa.
Para pakar sebelumnya sudah mengingatkan tentang tsunami setinggi 34 meter di Selatan Jawa bagian barat buntut keberadaan megathrust. Artikel tentang ancaman gempa bumi megathrust dan tsunami ini dimuat dalam artikel yang diterbitkan Natural Hazard, Oktober 2022 lalu.
BMKG mencatat, setidaknya Selatan Jawa, 8 kali mengalami tsunami, yaitu tahun 1818, 1840, 1859, 1904, 1921, 1957, 1994, dan 2006.
Ciri-ciri Tsunami
Peringatan tsunami setinggi 10 meter di Pantai Selatan Jawa, sekaligus menjadi alarm bagi pemerintah daerah dan masyarakat bersiap menghadapi bencana. Salah satunya dengan melakukan mitigasi bencana.
Sebelum mengulas apa yang harus dilakukan saat tsunami, pahami dulu ciri-ciri tsunami. Berikut ciri-ciri tsunami yang dikutip dari situs BPBD Kabupaten Buleleng,
1. Diawali dengan gempa bumi
Masyarakat yang tinggal di dekat pantai perlu berhati-hati bila terjadi gempa bumi. Tsunami biasanya terjadi karena adanya gempa bumi di bawah atau di dekat laut.
2. Ada suara gemuruh
Banyak korban yang mengatakan jika gelombang tsunami akan diawali dengan suara gemuruh yang keras. Suara tersebut mirip dengan kereta barang.
3. Perhatikan penurunan air laut
Jika ada penurunan air laut yang cepat dan bukan merupakan waktu air laut surut, segera cari tempat perlindungan yang tinggi. Sebelum terjadi gelombang tsunami, air laut akan terlebih dahulu surut dengan cepat dan kemudian kembali dengan kekuatan yang sangat besar.
4. Faktor cuaca
Alam juga bisa memberi tanda sebelum terjadinya tsunami. Mulai dari gerakan angin yang tidak biasa, tekanan udara atau cuaca yang ekstrem, dan perilaku hewan yang berubah.
Gempa dan tsunami memiliki rentang waktu sangat cepat, oleh karena itu masyarakat harus juga tertindak cepat dan sigap.
Lakukan 10 langkah ini agar selamat dari terjangan tsunami, seperti dilansir dari buku saku “Tangkap Tangkas Tangguh Menghadapi Bencana dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)”.
1. Jika di rumah tetap tenang
Setelah terjadi gempa bumi hingga berdampak pada rumah, jangan berupaya merapikan kondisi rumah karena gempa susulan bisa saja terjadi. Namun, apabila tetap berada di rumah, usahakan tenang dan segera mengarahkan keluarga untuk menyelamatkan diri ke tempat yang lebih tinggi dan aman.
2. Jauhi pantai
Jangan pernah menuju ke pantai untuk melihat datangnya tsunami. Apabila melihat gelombang, segera menjauh. Waspada pada gelombang pertama tsunami. Ukuran gelombang tsunami bervariasi dan tidak sama di semua lokasi.
3. Bertahan di tempat tinggi
Jika telah sampai di daerah tinggi, tetap bertahan karena gelombang tsunami susulan yang lebih besar bisa saja terjadi. Jangan kembali ke rumah sebelum keadaan dinyatakan aman. Sebab, tsunami bisa terjadi tidak hanya sekali sehingga penduduk setempat tak boleh meninggalkan tempat evakuasi sebelum adanya arahan dari pihak berwenang.
4. Pantau informasi
Tidak semua gempa bumi memicu tsunami. Namun, jika ada peringatan bahaya dari pihak berwenang mengenai potensi terjadinya tsunami, segera menjauh dari daerah pantai.
Selalu pantau informasi terkait kondisi terkini dari pihak berwenang.
5. Jauhi jembatan
Hindari menyelamatkan diri dengan melewati jembatan.
6. Tinggalkan kendaraan
Bagi yang melakukan evakuasi menggunakan kendaraan dan terjadi kemacetan, segera tinggalkan kendaraan dan evakuasi diri dengan jalan kaki. Sebab, mobil akan sulit menembus kerumunan orang yang memadati jalan.
Selain itu, jika berada di dalam mobil saat tsunami menerjang, tekanan air yang sangat besar akan menyulitkan membuka pintu, dan bila membuka jendela, air akan masuk dan menenggelamkan mobil. Belum lagi ada benda-benda lain yang terbawa arus, yang bisa menghancurkan mobil dari luar.
7. Mengapung dengan benda di sekitar
Tetaplah berada di atas air saat tsunami menerjang. Gunakan benda-benda yang mengapung seperti kasur, bantal, kayu, jeriken, ban bekas, batang pohon sebagai pelampung darurat.
8. Hindari pelabuhan
Jika berada di kapal atau perahu yang tengah berlayar, segera tutup layar dan hindari wilayah pelabuhan.
Kesiapsiagaan adalah salah satu kunci untuk menyelamatkan diri saat bencana. Nah, salah satu upaya menyiapkan tas siaga bencana (TSB). TSB merupakan tas tahan air yang disiapkan untuk anggota keluarga guna berjaga-jaga apabila terjadi bencana atau kondisi darurat
Tujuan menyiapkan TSB adalah agar bisa bertahan hidup saat bantuan belum datang dan membuat proses evakuasi menjadi lebih mudah.
Contoh kebutuhan dasar untuk TSB adalah surat-surat penting, pakaian, makanan ringan tahan lama, air minum, kotak obat, ponsel, uang, peluit, masker, alat bantu penerangan, dan perlengkapan mandi.
Baca berita dan artikel menarik lain Inilah.com di Google News.