Kebakaran yang terjadi di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti, Bandung, hingga kini masih belum padam.
Peristiwa ini terjadi pada Sabtu, 19 Agustus 2023 di zona empat. Namun api merembet ke zona tiga, dua, dan satu dan membuat kebakaran besar yang menyebabkan warga yang tinggal di sekitar TPA terpaksa menghirup asap dan bau menusuk selama delapan hari.
Segala upaya sudah dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), seperti water bombing berisi 4.000 liter air ke titik-titik kebakaran.
Namun hingga hari ke-8, kebakaran masih terus terjadi hingga membuat sejumlah warga mengalami gangguan kesehatan, salah satunya iritasi mata, konjungtivitis, hingga ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas).
Menyadari masalah kebakaran TPA tidak bisa diselesaikan dalam waktu dekat, akhirnya petugas gabungan dari TNI–Polri berinisiatif membagikan ratusan masker kepada sejumlah warga di sekitar TPA Sarimukti, Cipatat, Jawa Barat.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk di Indonesia pada pertengahan 2023 mencapai 278,69 juta jiwa.
Pertumbuhan penduduk yang pesat ini membuat jumlah konsumsi rumah tangga meningkat setiap harinya.
Untuk mengatasi volume limbah rumah tangga yang terus meningkat, sejumlah wilayah kota besar di Indonesia membangun TPA yang mampu menampung dan mengolah limbah secara efektif.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyebut bahwa jumlah kapasitas TPA di Indonesia mencapai 2,45 miliar meter kubik per tahun pada 2021.
Salah satu kota dengan tempat pembuangan akhir sampah terbesar di Indonesia berada di Kota Bekasi, yaitu Bantar Gebang.
Dilansir dari berbagai sumber, berikut 5 TPA terbesar di Indonesia yang masih dipakai hingga saat ini.
1. Bantar Gebang, Kota Bekasi
TPA Bantar Gebang yang berlokasi di Kecamatan Bantar Gebang, Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat, Indonesia ini dikelola oleh PT Godang Tua Jaya di atas lahan seluas 7,5 hektare.
Setiap harinya, TPA ini menerima dan menampung hingga 6.500 ton sampah dari seluruh wilayah Jakarta.
Selain menyediakan lahan penampungan sampah, TPA Bantar Gebang juga melayani pengolahan sampah limbah yang bisa dijadikan sebagai produk yang bermanfaat.
Salah satunya adalah mengolah 2.000 ton limbah per hari yang dimanfaatkan untuk pembangkit listrik dan kompos dan 2.000 ton limbah untuk proyek bersama Pertamina dan Solena.
Akhir-akhir ini Bantar Gebang menjadi sorotan dari berbagai media. Sebab, disini sudah terisi 39 juta ton (80 persen dari kapasitas maksimal) yang menumpuk hingga 40 meter atau setara gedung 16 lantai.
Akhirnya, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berupaya membangun Fasilitas Pengelolaan Sampah Antara (FPSA) untuk mengurangi beban volume sampah yang menumpuk di Bantar Gebang.
2. TPA Sarimukti, Bandung Barat
Sarimukti adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Cipatat, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.
Di desa ini terdapat tempat pembuangan akhir terbesar seluas 25 hektare yang bernama TPA Sarimukti
Setiap harinya, TPA ini menyimpan 2.000 ton sampah per hari yang berasal dari empat wilayah, yaitu Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, dan Kota Cimahi.
Secara keseluruhan, TPA seluas 25 hektare ini hanya mampu menampung 2 juta ton sampah. Namun pada 2022 kemarin, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Jawa Barat Prima Mayaningtias mengatakan bahwa TPA Sarimukti sudah kelebihan muatan, yakni berkisar 14 juta ton.
3. TPA Jatibarang, Semarang
Kota Semarang juga memiliki TPA besar yang berlokasi di Kelurahan Kedungpane, Kecamatan Mijen.
TPA yang sudah beroperasi sejak Maret 1992 ini memiliki luas lahan 46 hektare yang terdiri dari 27,64 hektare untuk area pembuangan, 4,6 hektare infrastruktur, 13,8 hektare kolam lindi, sabuk hijau, dan lahan cover.
Hampir seluruh wilayah di Kota Semarang mengirim berbagai jenis sampah mencapai 800-900 ton setiap harinya ke TPA ini.
Namun menurut pantauan Kepala Unit Pelaksanaan Teknis Daerah (UPTD) TPA Jatibarang, Wahyu Heryawan, mengungkapkan dari 16 kecamatan, Kecamatan Semarang Tengah, Semarang Barat, dan Pedurungan menjadi penyumbang sampah terbanyak di Kota Semarang.
Pada Juni 2022 silam, Wakil Wali Kota Semarang, Hevearita mengatakan kapasitas penyimpanan sampah yang tersisa di TPA ini hanya sebesar 60.000 ton.
Pemerintah Kota Semarang kesulitan untuk mencari lahan baru untuk membangun TPA. Selain faktor keuangan, mereka mengalami berbagai masalah yang tidak mudah untuk diselesaikan, salah satunya adalah faktor luas lahan yang tidak mumpuni dan penolakan dari warga setempat.
4. TPA Suwung, Bali
Sebagai daerah wisata yang ramai dikunjungi wisatawan domestik maupun mancanegara, Bali membutuhkan tempat pembuangan sampah yang besar untuk menampung seribu ton sampah setiap harinya.
Salah satu TPA terbesar yang dimiliki Bali adalah Suwung yang berlokasi di Jl. TPA Suwung No.200, Sesetan, Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Bali.
TPA Suwung telah beroperasi sejak tahun 1980-an dengan luas lahan 32 hektare. Setiap harinya, TPA ini menampung 1.000 ton sampah yang berasal dari Denpasar dan Badung.
Sejak Maret 2023, TPA Suwung telah memberlakuan penutupan berkala karena volume sampah di tempat ini sudah mencapai ketinggian 25 meter.
Namun Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali, telah membangun tiga Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) di Kota Denpasar yang akan beroperasi paling lambat April 2023.
Ketiga TPST itu berada di Kesiman Kertalangu, Padang Sambian, dan Tahura yang akan mengolah 450 ton sampah per harinya.
5. TPA Antang, Makassar
Tempat Pembuangan Akhir Sampah terbesar di Indonesia yang terakhir adalah TPA Antang yang berlokasi di Jalan Borong Jambu, Makassar, Sulawesi Selatan.
Berdasarkan data Dinas Lingkungan Hidup kota Makassar, TPA Antang memiliki luas lahan 19,1 hektare yang menampung 1.000 ton sampah per harinya.
Per 27 April 2023, ketinggian sampah di TPA ini mencapai 50 meter dan mulai mengeluarkan bau yang sangat menyengat.
Kondisinya sudah cukup berbahaya, terutama pada saat musim hujan karena dapat menimbulkan longsor sampah.
Sekarang, TPA Antang hanya memiliki sisa lahan 6 hektare yang diprediksi dapat beroperasi hingga 2 tahun mendatang.
Selama 2 tahun itu, Pemkot Makassar dikabarkan akan mengebut proyek Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik (PSEL) dan mencari lahan baru untuk mengatasi masalah limbah rumah tangga setiap harinya.
Baca berita dan artikel menarik lain Inilah.com di Google News.
