Hangout

4 Langkah Tepat Pencegahan Agar Tidak Alami Cedera

Sepak bola adalah olahraga favorit banyak orang. Terlebih saat ini semangat Tim Nasional Indonesia di laga Piala Asian Football Federation (AFF) terus membara dan terasa oleh masyarakat Indonesia yang menyaksikannya. Nah, agar Anda tidak mengalami cedera ketika bermain sepak bola layaknya seorang atlet, maka bisa memperhatikan beberapa caranya. Berikut adalah rinciannya.

1. Melakukan pemanasan dan pendinginan yang tepat

“Mempersiapkan tubuh berolahraga dan beradaptasi dengan intensitas permainan adalah cara terbaik untuk mencegah cedera,” kata dr. Grace Joselini Corlesa, Sp.KODokter Spesialis Kedokteran Olahraga, RS Pondok Indah – Bintaro Jaya, Sabtu (07/01/2023).

2. Latihan kekuatan otot dan latihan fleksibilitas

“Kurangnya kekuatan dan fleksibilitas otot dapat menjadi faktor penyebab cedera olahraga, karenanya, penting untuk melakukan latihan penguatan otot secara berkala,” tambahnya.

3. Pemilihan sepatu yang tepat

Sepatu menjadi salah satu faktor penting dalam pencegahan cedera olahraga dan peningkatan performa ketika bermain sepak bola.

“Pemilihan sepatu dapat disesuaikan dengan jenis kaki dan kondisi lapangan yang akan digunakan untuk bermain sepak bola. Tiap lapangan memiliki kebutuhan sepatu yang berbeda, terutama di bagian sol sepatu bola yang terdapat stud atau pul,” paparnya.

4. Melakukan penanganan cedera olahraga sampai tuntas

“Hal ini untuk meminimalisir cedera berulang adalah pencegahan sekunder yang sangat baik,” ujarnya.

Penanganan cedera dengan teknologi medis terkini

Cedera olahraga akibat bermain sepak bola dapat ditangani dengan tindakan non-operatif maupun operatif.

a. Non-operatif

“Untuk menangani cedera ringan yang tidak memerlukan operasi, penanganan yang dapat dilakukan adalah P.R.I.C.E yakni Protect (melindungi bagian yang cedera), Rest (mengistirahatkan area yang cedera), Ice (memberikan kompres dingin pada area yang cedera untuk mengurangi inflamasi), Compress (sedikit memberikan tekanan pada area yang cedera), Elevate (meninggikan anggota tubuh yang terkena cedera) pada 24-36 jam setelah terjadinya cedera,” katanya.

Apabila keluhan nyeri atau pembengkakan tidak mereda, ada baiknya segera berkonsultasi ke dokter spesialis kedokteran olahraga.

“Dokter spesialis kedokteran olahraga akan melakukan pemeriksaan fisik, wawancara riwayat kesehatan dan kronologi terjadinya cedera, dan merujuk pasien untuk melakukan pemeriksaan penunjang, dengan MRI, CT-Scan, atau X-ray dalam rangka menentukan diagnosis,” tambahnya.

Setelah diagnosis ditentukan, dokter kemudian akan merancang program recovery yang sesuai dengan kondisi pasien. Biasanya diperlukan sesi menggunakan teknologi medis dalam periode cedera akut dan sesi exercise untuk membantu memulihkan otot dan sendi yang cedera dan agar pasien dapat kembali berolahraga dan beraktivitas kembali pasca cedera.

Beberapa teknologi medis untuk penanganan cedera antara lain:

1. Cyrotheraphy (terapi dingin)

“Prosedur terapi dingin yang dapat digunakan untuk menangani cedera olahraga akut. Metode ini biasa dilakukan setelah operasi atau rekonstruksi sendi, karena dapat membantu mengurangi cedera secara efektif, misalnya pada penanganan pergeseran tulang, patah tulang, memar, keseleo, dan lainnya,” paparnya.

Sesi perawatan rata-rata per pasien berlangsung hanya 1-2 menit, tergantung klinis dan target terapi serta instruksi dokter yang merawat.

2. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS)

Metode penanganan non-invasif yang melibatkan arus listrik bertegangan rendah. Anggota tubuh yang terasa nyeri akan dialiri impuls listrik yang menjalar pada serabut saraf, sehingga membantu mengurangi kepekaan terhadap rasa nyeri atau sakit. Durasi pengobatan TENS yang optimal adalah 40 menit.

3. Ultrasound Therapy

Metode pengobatan dengan gelombang suara untuk merangsang jaringan di sekitar area cedera. Getaran gelombang suara dapat merangsang produksi kolagen dan menciptakan panas dalam jaringan, sehingga mampu mendorong penyembuhan pada jaringan lunak dengan meningkatkan metabolisme pada tingkat sel. Metode ini berguna untuk membantu proses penyembuhan tulang, penanganan cedera ligamen, dan lainnya.

“Jenis terapi ultrasound tergantung pada kondisi cedera. Untuk nyeri myofascial, strain, atau keseleo dapat digunakan ultrasound termal. Untuk jaringan parut, pembengkakan, dan carpal tunnel syndrome, ultrasound mekanis dapat bekerja lebih baik. Waktu perawatan tergantung pada ukuran area yang dirawat, frekuensi dan intensitas yang digunakan (5-15 menit),” jelasnya.

4. Exercise dan terapi latihan pasca cedera

Tujuan dari program terapi latihan adalah untuk mengembalikan semua aspek kesehatan seperti sebelum cedera dengan cara yang terkontrol dan terpantau.

“Terapi latihan harus dimulai sesegera mungkin (setelah fase peradangan awal – 72 jam). Dalam tahapan ini, dilakukan latihan fleksibilitas untuk meminimalisasi penurunan kisaran gerak sendi, latihan memperkuat otot, hingga latihan keseimbangan,” katanya.

b. Tindakan operatif

Masih menurutnya, pada penanganan cedera olahraga yang membutuhkan tindakan operasi, dokter spesialis bedah ortopedi konsultan sports injury dan arthroskopi yang ahli dan berpengalaman dalam teknik minimal invasive akan menggunakan arthroskopi dengan sayatan minimal, sehingga pasien dapat pulih lebih cepat.

Back to top button