News

WHO Luncurkan Jurus Pencegahan TBC, Targetkan Pengobatan 45 Juta Orang


Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru saja merilis Rapid Communication, sebuah informasi cepat yang menggarisbawahi pentingnya obat pencegah TBC. Informasi ini disampaikan oleh Profesor Tjandra Yoga Aditama, mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, yang menekankan pergeseran paradigma dari sekedar pengobatan ke pencegahan.

“Ini suatu aspek yang menarik, karena biasanya kita hanya bicara tentang mengobati yang sudah jatuh sakit, tetapi kembali ditegaskan bahwa ada obat untuk mencegah Tuberkulosis,” katanya.

Pada 14 Februari 2024, WHO mempublikasikan lima poin kunci terkait strategi pencegahan TBC, menandai langkah signifikan dalam memerangi penyakit yang telah menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia, termasuk Indonesia.

Tjandra, yang juga Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), mengungkapkan bahwa sekitar 25% penduduk global telah terinfeksi kuman TBC. Meski tidak semua akan sakit, risiko pengembangan penyakit tetap ada, terutama dalam 2-5 tahun setelah infeksi.

WHO dan Pengobatan Pencegahan TBC

Lebih lanjut, WHO menunjukkan bukti ilmiah yang solid bahwa pengobatan pencegahan TBC (TB preventive treatment/TPT) dapat menurunkan risiko penyakit, khususnya bagi individu berisiko tinggi. Komitmen global telah dibuat untuk memperluas pengobatan pencegahan ini ke 45 juta orang, sebuah target yang juga memerlukan partisipasi aktif dari Indonesia.

Salah satu rekomendasi WHO adalah penggunaan levofloxacin selama 6 bulan sebagai pengobatan pencegahan, khususnya bagi mereka yang berkontak dengan pasien TBC resisten obat. Rekomendasi ini didasarkan pada penelitian terbaru dan diharapkan akan membawa perubahan positif dalam pencegahan TBC.

Publikasi WHO juga menyoroti perubahan dosis untuk levofloxacin dan rifapentine, serta penggunaan bersama dengan dolutegravir, sebagai bagian dari strategi pencegahan yang diperbarui.

Integrasi pedoman screening WHO 2021 dengan pedoman baru tentang tes infeksi TBC juga menjadi bagian penting dari strategi pencegahan, termasuk pembaruan algoritma pengobatan pencegahan untuk kelompok risiko tinggi.

Tantangan Indonesia dalam Memerangi TBC

Indonesia, sebagai negara dengan beban kasus TBC terbesar kedua di dunia, telah menetapkan target eliminasi TBC pada tahun 2030 melalui Instruksi Presiden Nomor 67 tahun 2021. Profesor Tjandra menekankan pentingnya meningkatkan jumlah individu yang menerima pengobatan pencegahan untuk melindungi masyarakat dari penyakit mematikan ini.

Dengan pendekatan baru ini, WHO dan Indonesia berharap dapat secara signifikan mengurangi beban TBC, sebuah penyakit yang saat ini membunuh 16 warga negara setiap jamnya. Langkah-langkah pencegahan yang kuat, didukung oleh komitmen global dan lokal, diharapkan akan membawa perubahan besar dalam perang melawan TBC.

Back to top button