Market

Pernyataan Presiden Jokowi Soal Harga Beras Bikin Petani Semakin Malas

Pengamat pangan yang juga Guru Besar IPB University, Dwi Andreas Santosa menjelaskan, kenaikan harga beras akhir-akhir ini, dipantik turunnya produksi. Karena semakin banyak petani yang malas menggarap lahannya.

“Pertanyaannya, kenapa petani malas? Ya karena penghasilan atau pendapatan mereka tak naik-naik. Yang ada malah terus menurun,” kata Andreas saat dihubungi Inilah.com di Jakarta, Rabu (11/10/2023).

Andreas menjelaskan, tekornya petani sudah berlangsung sejak 2019, atau lebih dari 4 tahun. Survei Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI), kerugian yang harus ditanggung petani mencapai Rp250 ribu, hingga Rp1 juta per 2.000 meter-persegi.

Artinya, profesi petani benar-benar apes. Semakin luas sawah garapannya, maka semakin jumbo pula tekornya. “Jadi kerugian petani itu cukup tinggi karena bertanam padi itu rugi, otomatis mereka mulai males tanam padi,” ujar Andreas.

Ditanya soal pernyataan Jokowi bahwa harga beras di Indonesia masih murah jika dibandingkan dengan harga beras di Singapura, Brunei Darussallam dan Timor Leste, Andreas menyebutnya, tak ada yang istimewa.

Kata Andreas, terjadinya perbedaan harga yang cukup mencolok itu, sebanding dengan tingginya pendapatan per kapita di Singapura, Brunei atau Timor Leste. “Ya memang kalau dibandingkan agak susah dibandingkan karena memang pendapatan yang jauh berbeda antara Indonesia dengan Singapura, maupun Brunei Darussalam,” ungkapnya.

Pada Sabtu (7/10/2023), Presiden Jokowi menyatakan bahwa harga beras di dalam negeri, mengalami kenaikan hingga Rp13.000 per kilogram (kg). Namun, harga beras di Indonesia tergolong murah jika dibandin di sejumlah negara di Asia Tenggara.

“Misalnya di Singapura, rata rata harganya sudah Rp 21.600. Di Brunei, harganya sudah mencapai rata rata Rp 37.000. Di tetangga yang dekat, yang gandeng dengan kita, Timor Leste, harganya Rp 20.000. Kita masih Rp 10.800 sampai Rp 13.000. Tapi memang harganya naik. Tapi harga globalnya memang seperti itu,” kata Jokowi.

Saat ini, kata Jokowi, pemerintah terus berupaya untuk menekan harga beras yang melambung. Salah satunya dengan memberikan bantuan pangan beras kepada 21,3 juta keluarga penerima manfaat (KPM). Bantuan itu diberikan kepada masing-masing keluarga 10 kg beras setiap bulan selama 3 bulan.

“Enam bulan lalu seingat saya kita juga sudah memberikan bantuan setiap bulan 10 kg beras kepada 21,3 juta masyarakat kita,” ucapnya.

Bantuan pangan beras itu kembali dilakukan pada September, Oktober hingga November. Bantuan ini diberikan agar masyarakat kelas bawah tidak terdampak kenaikan harga beras saat ini.

“Kemudian kita ulang lagi September, Oktober ini juga akan kita berikan bantuan 10 kg beras ke 21,3 juta masyarakat kita untuk meringankan beban yang ada. Karena sepanjang APBN kita masih ada ruang itu akan kita putuskan,” pungkas Jokowi.
 

Back to top button