Hangout

Virus COVID-19 Varian Eris Tidak Lebih Berbahaya dari Varian Omicron

Varian COVID-19 kembali hadir di tengah situasi endemis yang telah ditetapkan oleh presiden Indonesia Joko Widodo. Kali ini varian baru COVID-19 bernama Eris. Varian baru ini dinilai tidak lebih berbahaya dari varian COVID-19 yang sebelumnya yaitu Omicron.

Varian Eris sudah mendominasi 20 persen dari sekuen yang ada di Asia, 10 persen sekuen di Eropa, dan 7 persen sekuen di Amerika Utara.

Menurut Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Tjandra Yoga Aditama, berdasarkan keterangan WHO, varian baru COVID-19 ini dinilai standar.

“Kalau dari WHO, varian baru ini dia base atau standar. Penangannya pun ada yang harus divaksinasi dan tidak divaksinasi,” kata Tjandra Yoga Aditama kepada inilah.com, Kamis (10/08/2023).

Penangannya pun dianggap tidak berbeda jika dibandingkan dengan varian COVID-19 sebelumnya.

“Karena dia gejalanya base scenario atau skenario pertama jadi sama saja seperti yang lain,” ucap Tjandra.

Namun untuk menghalau virus tersebut, menurutnya sampai saat ini masyarakat masih memerlukan dilakukannya upaya vaksinasi guna meminimalisir penyebarannya.

“Tapi vaksinasi itu masih diperlukan, hanya saja memang yang lebih baik diberikan vaksin bivalen, bukan hanya untuk menghadapi varian Eris tapi juga untuk varian omicron yang sebelumnya. Di beberapa negara vaksin bivalen sudah diberikan, tapi di Indonesia belum ada memang, masih monovalen,” paparnya.

Masih menurut Tjandra, bahwa penetapan endemis oleh pemerintah tidak berarti membuat masyarakat lalai dan terbuai dengan keberadaan virus COVID-19.

“Memang saat ini situasinya sudah ditetapkan menjadi endemis di Indonesia, tapi menurut WHO sendiri juga merasa bukan berarti virusnya itu hilang jadi semua tetap harus menjaga diri,” ucap Tjandra.

Back to top button