Kanal

Ukraina bakal Ditinggal Sendirian?

Naga-naganya Ukraina bakal ditinggalkan sendirian. Para sekutunya yang dipimpin Amerika Serikat mulai berhitung soal bantuan pendanaan kepada negara yang tengah berperang habis-habisan dengan Rusia ini.

Sejak serangan pertama atas perintah Presiden Vladimir Putin pada 24 Februari 2022 lalu, perang Rusia dengan Ukraina masih berlangsung hingga kini. Berarti perang itu sudah memasuki bulan ke-11 alias 342 hari.

Ketika perang dimulai, Ukraina sebenarnya bukan lawan yang sebanding dengan Rusia. Teknologi perang Kiev terlalu ketinggalan zaman. Ukraina memiliki alat utama sistem pertahanan (Alutsista) yang dibuat di era Uni Soviet. Alutsista ini bisa dibaca dengan baik oleh Rusia yang notabene adalah pembuat alutsista-alutsista ini.

Itulah mengapa, selama perang yang terjadi sejak Februari 2022, Ukraina terus meminta bantuan kepada AS dan sekutu Baratnya. Barat pun meresponsnya dengan membantu Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dari berbagai aspek, terutama soal peralatan pertahanan.

Tanpa dukungan AS dan Uni Eropa, upaya Ukraina untuk dapat bertahan hampir satu tahun ini tentu akan sangat sulit. Bahkan tanpa bantuan sekutu, apa yang disaksikan dunia sekarang ini kemungkinan besar akan sangat jauh berbeda.

CNBC mengungkapkan, total paket bantuan AS untuk Ukraina sejak awal pemerintahan Joe Biden menjadi sekitar US$24,9 miliar atau sekitar Rp388,44 triliun. Adapun paket bantuan terbaru mencakup US$2,9 miliar atau Rp45,24 triliun untuk senjata yang segera dikirim ke Ukraina. Kemudian US$225 juta atau Rp3,5 triliun dalam pembiayaan jangka panjang untuk mendukung militer Ukraina.

Paket itu juga termasuk US$682 juta atau Rp10,63 triliun dalam pembiayaan militer asing untuk membangun kembali persenjataan sekutu Eropa.

Meskipun banjir dengan dukungan, Ukraina masih berupaya mencari senjata baru untuk melawan Rusia. Bukan hanya tank namun juga jet termpur. Zelensky juga menyerukan agar senjata barat dipasok lebih cepat.

“Jadi kita harus memanfaatkan waktu sebagai senjata kita. Kita harus mempercepat acara, mempercepat pasokan dan membuka opsi persenjataan baru yang diperlukan untuk Ukraina,” kata Zelensky.

Warga AS terbelah

Presiden Joe Biden sejak awal perang terlihat bersemangat membantu Ukraina. Namun ternyata, keputusan pemerintah ini mendapat respons tegas dari masyarakatnya. Warga AS terbelah soal apakah Kongres harus memberi lebih banyak dana dan senjata ke Ukraina atau tidak.

Dalam sebuah jajak pendapat yang dilakukan NBC News, terlihat suara warga AS terbagi dua. Sebanyak 49 persen mendukung dan 47 persen menentang bantuan dana dan senjata yang dilakukan AS untuk Ukraina. Dalam jajak pendapat yang sama, 65 persen menentang pemotongan anggaran pertahanan AS. Jajak pendapat itu berlangsung pada 20-24 Januari dengan 1.000 orang responden memiliki margin kesalahan plus minus 3,1 poin.

Ketua DPR AS Kevin McCarthy menegaskan kembali di CBS ‘Face the Nation’ bahwa Partai Republik ingin menempatkan semua pengeluaran federal, termasuk Pentagon, di atas meja dalam upaya untuk mengekstraksi pemotongan anggaran dari Presiden Joe Biden sebagai imbalan untuk menaikkan pagu utang AS.

Yang jelas-jelas menentang adalah Mantan Presiden Donald Trump. Ia mengkritik Biden yang bisa membuat Perang Dunia ke-3 meledak. Trump ingin perang segara diakhiri karena bisa membawa kehancuran dunia jika terus dilanjutkan. “Akhiri perang ini segera,” tulis Trump di media sosial Truth Social.

Bahkan kabar terakhir Joe Biden dan AS tidak lagi mau membantu Ukraina. Kabar ini tentu saja akan membuat Rusia dan terutama pemimpinnya Vladimir Putin bersorak. Salah satu indikasinya adalah penolakan terhadap permintaan terbaru Ukraina yang jet tempur F-16. Jelas ini adalah permintaan yang berat.

Mengutip dari Independent, Joe Biden tegas mengatakan tidak untuk bantuan yang satu ini. “Tidak,” tegas Joe Biden ketika ditanya kemungkinan mengirim jet tempur F-16 ke Ukraina.

Padahal biasanya Biden selalu menuruti keinginan Ukraina terkait bantuan. Washington sebelumnya mengatakan siap, untuk mengirim tank Abrams untuk membantu Angkatan Darat Ukraina sesuai permintaan Zelensky. Namun, belum diketahui kapan tank Abrams mulai dikirim.

Selain tank tempur ini, Ukraina sudah meminta artileri berat, hingga sistem HIMARS (sistem roket peluncuran berganda berteknologi tinggi).

Penolakan Biden yang pertama kali ini memunculkan banyak spekulasi ini. Apakah AS sudah benar-benar akan meninggalkan Ukraina? Tentunya masih perlu waktu untuk memastikan jawabannya.

NATO dan Eropa kewalahan

Tak hanya AS yang terlihat mulai mengerem diri untuk memberikan dukungan penuh terhadap Ukraina. Sekutu AS yang tergabung dalam NATO tampaknya juga mulai kewalahan memberikan bantunan bagi Kiev. NATO yang notabene merupakan organisasi yang anggotanya terdiri dari negara-negara AS dan Eropa, malah minta bantuan negara di Asia.

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mulai meminta bantuan Asia untuk membantu Ukraina. Dalam pertemuan dengan pejabat senior Korea Selatan, mengutip Al Jazeera, Stoltenberg mengungkapkan, kejadian di Eropa dan Amerika Utara saling berhubungan dengan kawasan lain. Korea Selatan dan Jepang yang belakangan mesra dengan AS juga bisa terkena imbasnya.

Berbicara di Chey Institute for Advanced Studies di Seoul, Jens Stoltenberg berterima kasih kepada Korea Selatan atas bantuannya kepada Ukraina selama ini. Namun, Stoltenberg meminta bantuan lebih banyak lagi kepada Korsel untuk menutup celah bantuan yang tidak bisa diberikan oleh Eropa.

Ia menyarankan mempertimbangkan kembali kebijakan Pemerintahan Korsel untuk tidak mengekspor senjata ke negara-negara yang berkonflik. NATO mendesak untuk berbuat lebih banyak, menyebut ada kebutuhan mendesak akan amunisi.

Seperti diketahui, negara-negara seperti Jerman dan Norwegia telah menerapkan kebijakan lama untuk tidak mengekspor senjata ke negara-negara yang berkonflik. Korsel dipilih lantaran negara-negara tersebut telah mengubah kebijakan mereka terkait aturan mengekspor senjata ke negara-negara yang berkonflik setelah invasi Rusia.

Selama ini Korea Selatan dikenal sebagai negara pengekspor Alutsista yang cukup aktif di Asia. Baru-baru ini, mereka juga menandatangani kesepakatan untuk menjual ratusan tank ke negara-negara Eropa, termasuk Polandia yang merupakan anggota NATO.

Yang menjadi kendala adalah undang-undang Korea Selatan hingga saat ini masih melarang ekspor senjata ke negara-negara dalam konflik aktif. Kebijakan inilah yang menurut Seoul mempersulit pengiriman senjata langsung ke Kiev.

Bagaimana sikap Korsel? Apakah mereka mau mengubah kebijakannya dan mengirim peralatan militer ke Kiev? Kita tunggu saja. Karena tanpa bantuan dari Korsel dan kemudian ternyata AS benar-benar mengerem dukungan terhadap Kiev, tentu saja Ukraina akan ditinggal sendirian di gelanggang perang melawan Rusia.

Back to top button