Hangout

Tradisi Kebo-Keboan, Upacara Adat Suku Osing Nan Sarat Mistis?

Ditulis oleh: Kanty Atmodjo

Kekayaan adat dan budaya masyarakat Indonesia begitu beragam dari Sabang sampai Merauke. Menariknya, beberapa di antaranya juga mengandung unsur mistis atau di luar nalar manusia biasa.

Salah satunya di Banyuwangi, Jawa Timur. Ada sebuah upacara adat kebo-keboan yang merupakan salah satu tradisi yang masih dipegang tegung masyarakat Suku Osing hingga saat ini. Suku Osing adalah suku asli Banyuwangi.

Ritual Kebo-Keboan merupakan wujud dari rasa syukur masyarakat Osing terhadap hasil panen yang mereka terima.

Ritual ini juga bertujuan untuk menangkal wabah penyakit serta memohon agar diberikan keselamatan dan dijauhi dari segala gangguan juga cobaan.

Sesuai dengan namanya yaitu Kebo-Keboan atau dalam bahasa Indonesia artinya kerbau jadi-jadian, dalam ritual ini tidak ada hewan kerbau yang dilibatkan.

Kebo-Keboan adalah orang yang berdandan seperti kerbau. Mereka melumuri sekujur tubuh dengan cairan hitam yang terbuat dari campuran oli dan arang. 

Tak hanya itu, di kepalanya juga mengenakan asesoris berbentuk tanduk dan gelang kerincing yang dipasang di tangan dan kaki. Persis kerbau. Mereka kemudian diarah bersama dengan kesenian-kesenian lain khas Banyuwangi.

Tingkah laku mereka pun mirip dengan kerbau, seperti membajak sawah dan berkubang di lumpur. 

Upacara Ada Jawa Timur yang Sudah Berusia 300 Tahun

Upacara atau ritual Kebo-Keboan memiliki sejarah cukup panjang yang berkaitan dengan kisah Buyut Karti dari abad ke-18 Masehi atau sekitar 300 tahun lalu.

Disebutkan, saat itu Buyut Karti mendapatkan wangsit untuk menggelar upacara bersih desa ketika terancam wabah penyakit yang sulit disembuhkan.

Dalam wangsit tersebut disebutkan kalau peserta upacara bersih desa harus berdandan seperti hewan kerbau.

Ajaibnya, setelah ritual Kebo-Keboan dilakukan, seluruh wabah penyakit yang sempat menyerang wilayah itu tiba-tiba hilang.

Biasanya ritual Kebo-Keboan dilakukan di dua desa saja, yaitu Desa Aliyan dan Desa Alasmalang. Namun, terdapat perbedaan pelaksanaan ritual Kebo-Keboan di dua desa tersebut.

Selain arak-arakan Kebo-Keboan, dihadirkan pula sosok perempuan yang melambangkan Dewi Sri atau Dewi Padi.

Tradisi Kebo-Keboan, Upacara Adat Suku Osing Nan Sarat Mistis?
Foto: Situs Resmi Pemerintah Kabupaten Banyuwangi

Ritual dimulai dengan syukuran dan makan bersama di persimpangan jalan desa. Selanjutnya, dipimpin seorang tokoh adat setempat, para manusia kerbau atau Kebo-Keboan diarak mengelilingi empat penjuru desa dengan iringan musik khas Suku Osing. Prosesi ini disebut Ider Bumi atau Mengitari Bumi (desa).

Para petani yang didandani layaknya kerbau tersebut sebagian ada yang diyakini kerasukan roh gaib. Mereka berjalan seperti kerbau yang sedang membajak sawah, berkubang, bergumul di lumpur, dan bergulung-gulung di sepanjang jalan yang dilewati. Saat berjalan pun di pundak mereka terpasang peralatan membajak.

Dalam satu tahap ritual, Kebo-Keboan akan bergulat dengan manusia untuk memperebutkan benih padi.

Meski terlihat tak terkendali, mereka tidak akan saling melukai. Itu karena tingkah laku Kebo-Keboan berada dalam pengawasan atau kendali seorang pawang.

Pawang inilah yang akan menyadarkan kembali para pelaku Kebo-Keboan yang biasanya sering kesurupan saat ritual dilakukan.

Ritual akan diakhiri dengan prosesi membajak sawah dan menabur benih padi oleh Kebo-Keboan. Dalam posesnya, benih padi yang nantinya ditabur oleh Dewi Sri ini akan banyak diperebutkan warga, karena diyakini bibitnya akan menghasilkan panen yang lebih berlimpah.

Ritual Kebo-Keboan biasanya dilaksaakan satu tahun sekali, yakni di hari Minggu antara tanggal 1 sampai 10 bulan Suro. Dipilihnya bulan Suro karena masyarakat Jawa percaya, bulan Suro merupakan bulan yang keramat.

Disclaimer: Kanal Penulis Lepas disediakan untuk tujuan informasi umum dan hiburan. Isi dari blog ini hanya mencerminkan pandangan pribadi penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi Inilah.com.

Back to top button