Hangout

Psikopat dan Sosiopat Tidak Sama, Kenali Perbedaan serta Ciri-cirinya!

Pesta demokrasi 5 tahun sekali, di antaranya untuk memilih anggota dewan, mendapat antuasiasme masyarakat untuk mencalonkan diri.

Puluhan ribu orang mendaftar. Namun, calon tak asal registrasi tapi harus mengantongi banyak persyaratan. Salah satunya lolos tes kesehatan.

Terlihat sepele karena umumnya pendaftar merasa tak mempunyai penyakit berat. Namun, uniknya calon justru tersangkut masalah psikologi.

Seperti yang terjadi terhadap 19 bakal caleg di kota Serang, Banten. Ke-19 calon teridentifikasi mengalami gangguan jiwa psikopatologi dengan kategori ringan hingga berat.

Kondisi ini diketahui setelah 695 bakal caleg di Kota Serang menyerahkan dokumen hasil pemeriksaan kesehatan jasmani, rohani, dan bebas narkoba dari rumah sakit pemerintah.

“Kalau hitungan kita ada 19 orang, ada klaster-klasternya. Kalau yang berat itu 1 orang, yang lainnya ada yang ringan dan sedang. 19 orang dari beberapa partai, ada petahana, ada yang baru juga, laki-laki, perempuan juga ada, dan bunyi rekomendasi dokternya seperti itu (mengidap psikopatologi),” kata Komisioner KPU Kota Serang, Fierly Murdiyat M, Senin (6/6/2023).

Fierly Murdiyat mengungkapkan, berdasarkan diskusi dengan pihak rumah sakit, penyebab psikopatologi pada 19 bakal caleg antara lain, kurang tidur, kecapekan, banyak pikiran, kelelahan dan tidak konsentrasi. Namun, Fierly  memastikan ke -19 bakal caleg bukan menderita psikopat atau gangguan mental namun mereka harus mengulang tes kesehatan.

“Para calon harus mengulang pemeriksaan di tes kerohanian, hingga dinyatakan tidak mengalami gangguan psikologis,” ujarnya.

Psikopat dan sosiopat adalah dua istilah psikologi yang sering digunakan sebagai kata ganti umpatan ‘gila’. Padahal, keduanya memiliki makna dan arti yang berbeda.

Dikutip dari dari laman Halodoc, menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5) 2013, psikopat dan sosiopat adalah gangguan mental yang termasuk dalam jenis Antisocial Personality Disorders (ASPD). Salah satu perbedaannya bisa dilihat dari kecenderungan pengidap untuk melakukan tindak kriminal.

Meski kedua gangguan mental tersebut bisa berperilaku kasar serta manipulatif untuk mendapatkan keinginannya, tapi sosiopat lebih condong ke arah kriminal. Contohnya, mencuri, berkelahi atau menipu. Sementara psikopat akan mencari, memburu, menangkap, menyiksa, dan membunuh korbannya.

Ciri-ciri Psikopat

Pengidap psikopat cenderung memakai topeng. Mereka bisa bergaul dan menempatkan diri dengan sangat baik di lingkup sosialnya. Dari fisiknya, mereka tampak karismatik, memikat dan cenderung berotak cerdas.

Kemampuan kamuflase seorang psikopat berasal dari sifat manipulatif dan penuh perhitungan. Psikopat juga memiliki bentuk otak berbeda dengan orang biasa.

Mereka mempunyai sedikit materi berwarna abu-abu pada bagian otak yang digunakan untuk berempati atau memahami emosi orang lain.

Karena tampilan fisik yang menarik dan struktur otak berbeda, sangat sulit untuk bisa mendeteksi karakter psikopat. Adapun gejalanya, yakni:

  • Memiliki harga diri yang tinggi.
  • Sering menipu orang lain.
  • Manipulatif, yakni taktik untuk mendapatkan kendali atas orang lain.
  • Tidak mempunyai penyesalan atau rasa bersalah.
  • Cepat marah atau emosi yang dangkal.
  • Tidak memiliki empati.

Ciri-ciri Sosiopat

Sosiopat adalah gangguan mental yang bisa timbul sebagai akibat cacat otak bawaan. Namun, pola asuh orang tua berpotensi tinggi dalam perkembangan perilaku pengidap.

Sosiopat menyimpan sikap licik dan manipulatif. Mereka juga merupakan pembohong ulung, terlepas dari kepribadiannya yang terlihat tulus. Pengidap kondisi ini lebih suka mengasingkan diri dari lingkungan sekitarnya.

Emosinya juga labil, cenderung berantakan, dan impulsif. Pengidap sosiopat juga sering terlihat tidak sabar, lebih mudah menyerah pada spontanitas, dan minim persiapan. Sangat berbeda dengan psikopat yang penuh perhitungan dan merencanakan aksinya dengan matang.

Gejala sosiopat:

  • Sering melanggar hukum atau norma sosial.
  • Ceroboh atau tidak memikirkan keselamatan diri sendiri atau orang lain.
  • Tidak memiliki rasa tanggung jawab. Mereka cenderung kesulitan bertahan dalam suatu pekerjaan.
  • Tidak merasa menyesal setelah menyakiti orang lain
  • Sulit membuat rencana hidup dalam jangka panjang.
  • Sering berkelahi dengan orang lain.
  • Berbohong dan menipu. Contohnya, menggunakan identitas orang lain untuk mendapatkan keuntungan pribadi.

Sederhananya, psikopat dan sosiopat merupakan gangguan mental yang disebabkan oleh rusaknya bagian otak yang memengaruhi fungsi kognitif. Namun, area kerusakannya berbeda.

Pengidap psikopat sama sekali tidak kenal takut, sementara sosiopat masih mempunyai rasa takut. Psikopat juga tidak mempunyai kemampuan membedakan benar dan salah, sementara sosiopat memiliki, tapi tidak memperdulikannya.

Baik psikopat dan sosiopat, keduanya sama-sama bisa membahayakan orang lain dan orang terdekat di sekitar pengidap.

Baca berita dan artikel menarik lain Inilah.com di Google News.

Back to top button