Market

Terlibat Skandal Keuangan, Ini Profil Bank Mayapada

Skandal keuangan sedang melanda PT Bank Mayapada Tbk (MAYA). Kasus tersebut berawal dari fasilitas modal kerja untuk pengusaha pendiri Sioeng Grup, Ted Sioeng senilai Rp1,3 triliun selama 2014-2021. Berikut profil bank milik salah seorang anggota Watimpres, Dato Sri Thahir.

Perjalanan skandal keuangan tersebut, terkuak saat kredit Ted macet kemudian dirinya menjadi terlapor polisi. Sekejab saja, Ted bersama anaknya, Jessica ditetapkan sebagai tersangka

Menariknya, Ted mengaku adanya setoran ke Dato Sri Thahir, selaku pemilik Bank Mayapada, senilai Rp525 miliar. Jadi, tiap Ted menerima kucuran kredit maka ada bagian untuk Tahir. Pengakuan ini dituliskan Ted dalam surat yang dikirimkan ke Menkopolhukam Mahfud MD.

PT. Bank Mayapada International, Tbk didirikan pada 7 September 1989 di Jakarta, disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia pada 10 Januari 1990, kemudian mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 16 Maret 1990.

Sejak 23 Maret 1990 Perusahaan resmi menjadi bank umum, yang diikuti perolehan ijin dari Bank Indonesia sebagai bank devisa pada tahun 1993. Pada tahun 1995 Bank berubah nama menjadi PT. Bank Mayapada Internasional, Tbk, setelah itu tahun 1997 mengambil inisiatif untuk go public dan hingga sekarang dikenal dengan nama PT Bank Mayapada Internasional, Tbk. dengan kode saham MAYA.

Sejak tahun 1990, Bank Mayapada menjadi andalan bisnis Mayapada Group. Geliat bisnisnya mengalahkan sektor garmen yang merupakan bisnis awal Dato Sri Thahir. Meskipun terjadi krisis ekonomi tahun 1998, Bank Mayapada tetap eksis bahkan berani masuk ke pasar Saham Bursa Efek Jakarta.

Dato Sri Thahir adalah pendiri dan pemegang Saham pengendali PT Bank Mayapada Internasional, Tbk. Sebelumnya juga menjabat Komisaris Utama (1990-2011), Wakil Komisaris Utama (2011-2013).

Saat ini Dato’ Sri. Prof. DR. Tahir, MBA menjabat sebagai Komisaris Utama Bank Mayapada dan terakhir diangkat berdasarkan Akta RUPS No 61 tanggal 16 Juli 2020.

Rahasia utama Bank Mayapada tidak lumpuh karena ia tidak mengambil kredit dari bank asing sebesar bank-bank di Indonesia pada waktu itu. Bank Mayapada saat itu masih berfokus pada pengucuran kredit usaha kecil.

Bahkan usai krismon Bank Mayapada menggalang investasi asing mulai dari US, UAE, dan Singapura, banknya kini memiliki lebih dari 100 cabang di penjuru Indonesia. Pada tahun 2007, bank ini mendapatkan predikat bank umum terbaik nomor 2 selain bank milik negara.

Dengan bisnis moncer di sektor perbankan, mengoda Mayapada Group masih melanjutkan ekspansinya. Hasilnya, pundi-pundi kekayaan Dato Sri Thahir menjadi kian menggunung.

Tahun 2018 Dato Sri Thahir menduduki orang terkaya keempat di Indonesia. Tercatat harta kekayaannya saat itu mencapai 3,5 miliar dollar US$.

Nama Dato Sri Thahir pun kian muncul ke publik. Aksi sosialnya tercatat publik saat terjadi banjir di Jakarta, ia bersama Alim Markus (Maspion) dan Mochtar Riady (Lippo Group) ikut menyumbangkan Rp 7 Miliar dalam bentuk pengadaan air bersih, buku dan juga seragam sekolah bagi anak-anak korban banjir.

Ia pernah menyumbang US$75 Juta untuk The Global Fund untuk melawan TBC, HIV, dan Malaria di Indonesia, bermitra dengan Bill & Melinda Gates Foundation. US$ 10 Juta di antaranya digunakan untuk memperluas akses kontrasepsi. Dengan bermitra bersama Bill & Melinda Gates Foundation, sumbangannya dilipatgandakan menjadi US$150 Juta.

Dengan kiprah sosialnya itu, pada tahun 2019, Presiden Jokowi mengajaknya bergabung menjadi sebagai salah satu dari sembilan anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) 2019-2024.

Back to top button