Kanal

Taman Surga Orang-orang Tercinta

Bagi seorang ayah, berada jauh dari keluarganya adalah sebuah derita tersendiri. Seolah ada lubang yang menganga di hatinya. Lubang itu kosong dan perih. Hanya bisa disembuhkan dengan pelukan atau ciuman, dengan gelak tawa dan cerita putra-putrinya yang tercinta. Para penyejuk mata. ‘Qurrata a’yun’.

Di kejauhan, selalu terbayang wajah mereka, tingkah lucu mereka, ekspresi cinta dan kasih sayang mereka yang sulit dijelaskan dengan kata-kata. Semua itu hanya sanggup terangkum dalam kata rindu, tetapi tak pernah benar-benar bisa didefinisikan.

Mungkin anda suka

8.031 km dari Jakarta, saya merasakan suasana itu di Madinah. Jauh dari anak, berapapun jaraknya, adalah penderitaan yang hanya bisa dimengerti seorang ayah. Apalagi kemarin putri saya, Kavya, berulang tahun keempat. Ada rasa bersalah karena saya tak bisa berada di dekatnya di hari bahagia itu. Meski doa tak pernah berhenti terucap, rindu tak pernah berakhir.

13 Maret 624 H, tanggal 2 bulan Ramadhan, 2 tahun setelah hijrah, Rasulullah harus pergi berperang. Kita kenal perang itu sebagai perang Badar, salah satu peristiwa paling penting dalam sejarah Islam. Perang yang menewaskan banyak syuhada, martir-martir pertama yang membela agama Allah. “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka hidup di sisi Tuhannya dengan mendapatkan rezeki.” (QS Ali Imran: 169).

Saat Sang Nabi menjalani perang Badar, Rasulullah Muhammad kehilangan banyak orang-orang tercinta. Salah satu yang paling memukul hatinya adalah wafatnya Ruqayyah, istri Utsman Bin Affan, putri keduanya dari Sayyidah Khadijah. Ruqayyah wafat di usia 21 tahun karena sakit. Rasulullah dikisahkan begitu sedih mengetahui kepergian Ruqayyah—beliau mendengar kabar itu dari jauh, saat berperang, terbayang betapa besar dan dalam lubang yang menganga di hatinya.

“Segala puji bagi Allah, telah dimakamkan putri-putri dari perempuan-perempuan yang mulia,” ujar Rasulullah saat mendapatkan kabar duka itu. Ruqayyah adalah putri Rasulullah bergelar Dzatul-Hijratain. Jenazahnya kemudian dimakamkan di pemakaman Baqi yang terletak di sebelah Timur Tenggara Masjid Nabawi.

Setelah Rasulullah pulang dari perang Badar, Ustsman bin Ma’zhun, sahabat Nabi yang juga seorang Syuhada Badar meninggal pada 626, sekembalinya dari perang tersebut. Daat Utsman bin Ma’zhun wafat, Nabi Muhammad menciumnya sambil menangis. Utsman adalah sahabat pertama dari kaum Muhajirin yang meninggal di Madinah. Jenazahnya dimakamkan di al-Baqi.

352325237 1008553550579110 1286882500669153665 N - inilah.com

Jannatul Baqi, ‘the garden of heaven’, adalah salah satu pemakaman tertua dan terpenting dalam sejarah Islam. Dalam beberapa tradisi, makam Baqi dianggap sebagai makam tersuci yang ada, selain Jannatul Ma’la yang berada di kota Makkah. Di Baqi, disemayamkan jenazah orang-orang yang dicintai Rasulullah. Selain Ruqayyah dan Utsman bin Ma’zhun, di sana dimakamkan juga jenazah ibu susu Rasulullah, Halimatus-Sa’diyah.

Istri-istri Nabi, selain Khadijah dan Maimunah, juga dimakamkan di al-Baqi. Putri-putri Nabi seluruhnya dimakamkan di sini, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum. Jenazah Sayyidah Fatimah juga konon disemayamkan di makam ini, meski tempatnya tidak diketahui persis. Ibrahim, putra Nabi Muhammad dari Maria al-Qibtiya juga dimakamkan di sini. Al-Baqi adalah makam penting untuk para Ahlul Bait, cucu dan cicit Nabi dimakamkan di sini.

Sebuah makam yang disebut sebagai makam dari Ibrahim anak Nabi Muhammad SAW di Makam Baqi, Madinah, Arab Saudi. (Dok. Pribadi)
Sebuah makam yang disebut sebagai makam dari Ibrahim anak Nabi Muhammad SAW di Makam Baqi, Madinah, Arab Saudi. (Dok. Pribadi)

Semasa hidupnya, setiap kali melewati makam Baqi, Nabi Muhammad akan berhenti dan berziarah. Sebagai seorang anak, suami, ayah, sahabat, bisa kita pahami selain berdoa, beliau juga mengungkapkan bahasa rindu di sana. Bahasa yang hanya dipahami oleh para pecinta, setidaknya oleh mereka yang pernah kehilangan.

Maka berziarah ke Baqi menjadi sunnah, hingga hari ini jutaan orang yang datang ke Madinah mendatangi makam itu. Sekedar mengenang kesedihan Nabi, atau mengirim doa untuk para ahlul bait yang Nabi sayangi. Sebab dulu, jika malam giliran berada di tempat Sayyidah Aisyah, pada akhir malamnya Rasulullah akan keluar menuju al-Baqi sambil berucap lirih, “Salam sejahtera atas kalian wahai penghuni makam kaum mukminin. Sesungguhnya kami dan kalian di hari esok nanti pasti akan sama-sama bertemu. Sesungguhnya kelak kami akan menyusul kalian. Ya Allah, ampunilah penghuni Baqi Ghardaq” (HR. Muslim).

Sungguh istimewa mereka yang berada di al-Baqi, didoakan langsung oleh Rasulullah dan dimohonkan ampunan. Sungguh mulia juga tempat ini. Itulah sebabnya jutaan Muslim dari seluruh dunia menziarahi tempat ini. Baik bagi Sunni maupun Syiah, al-Baqi adalah tempat yang mulia.

Saya mendatangi Makam Baqi di hari kedua saat berada di Madinah untuk berhaji tahun 2023 ini. Usai shalat subuh, saya bergerak ke arah timur-tenggara Masjid Nabawi. Di sana saya merasakan suasana yang luar biasa. Orang-orang menangis. Melantunkan doa yang lirih. Sekelompok Muslim Syiah dari Iran membuat kelompok dan melantunkan doa-doa yang mungkin tidak saya mengerti, tetapi bisa saya rasakan kesedihannya yang dalam.

Beberapa askar, petugas keamanan, tampak membubarkan kerumunan itu. Otoritas Arab Saudi menolak praktek-praktek semacam itu. Sejak aliansi Wahabi-Saud menguasai Makkah dan Madinah, kaum Syiah memang kehilangan banyak kesempatan dan keleluasaan untuk mengekspresikan tradisi beragama mereka. Wahabi menolak pengkultusan Ahlul Bait dan ekspresi-ekspresi cinta kaum Syiah, praktek-praktek mereka dianggap penyembahan terhadap kuburan, terhadap situs-situs peninggalan Nabi.

Alasan inilah yang menyebabkan al-Baqi dihancurkan pada tahun 1806 dan 1925. Membuat kini pemakaman suci ini rata dengan tanah. Hanya menyisakan gundukan-gundukan tanah dan batu. Sejarawan menggambarkan situasi ini seperti gempa yang parah. Padahal sebelumnya di Al-Baqi berdiri bangunan-bangunan indah, mausoleum-mauseleum, terutama di atas makam putri-putri Nabi dan Utsman bin Affan.

Dunia Islam beraksi keras atas tindakan Arab Saudi ini. Negara-negara dari berbagai penjuru dunia melontarkan protes. Saudi dianggap melakukan penghancuran sejarah yang sangat brutal. Reaksi para pemimpin dunia sangat keras tentang ini. Penghancuran al-Baqi disebut sebagai Hari Berduka, Yaumul Gham, salah satu hari paling sedih dalam sejarah Islam. Hari di mana tempat bersemayamnya orang-orang tercinta bagi Nabi dihancurkan.

Berkeliling di Jannatul Baqi, saya bisa merasakan suasana kesedihan itu. Meski kini tinggal menyisakan makam-makam yang kering dan dingin, tetapi setiap hari dibasahi air mata jutaan peziarah yang berduka. Sejauh mata memandang, batu-batu nisan berjajar, burung-burung terbang rendah, tangisan dan ratapan halus terdengar dari rombongan peziarah.

Saya hanya bisa membayangkan betapa sedihnya hati Nabi setiap kali mendatangi tempat ini. Tetapi betapa berbahagianya orang-orang di sana karena pernah didoakan oleh Maulana untuk diampuni segala dosanya. Di kejauhan, matahari terbit. Hangat. Sehangat mata saya. Terbayang anak-anak dan orang-orang tercinta.

Ya Allah, sampaikanlah shalawat kepada Nabi Muhammad, para keluarganya, para sahabatnya, semuanya. Allahumma shalli ‘ala sayyidina Muhammad wa ‘ala aalihi wa sahbihi ajma’in.

Madinah, 16 Dzulqaidah 1444H.

FAHD PAHDEPIE

Back to top button