Arena

Tak Sejalan dengan Haruna Soemitro, Ketum PSSI Beberkan Alasan Dukung STY

Ketua Umum (Ketum) PSSI Mochamad Iriawan menegaskan timnas Indonesia masih butuh proses untuk bisa berkembang dan menjadi juara di kompetisi internasional.

Hal ini menegaskan ia tidak sependapat dengan anggota Komite Eksekutif PSSI Haruna Soemitro soal pentingnya sebuah proses dalam sepak bola.

Kepada pewarta di Jakarta, Selasa, Ketum PSSI Iriawan menegaskan bahwa proses merupakan jalan yang mesti dilewati untuk mencapai tujuan.

“Misalnya, dari sini (Jakarta-red) mau ke Bogor, masa tiba-tiba sampai di Bogor? Tentu, kan, harus melewati jalan tol atau jalan biasa, bisa naik mobil, kereta api atau pesawat. Itulah prosesnya dan kami percaya pada proses itu,” ujar pria yang akrab disapa Iwan Bule itu.

Menurut Iriawan, tidak ada tim nasional yang bisa berprestasi tanpa proses.

Iriawan mencontohkan para pemain muda mesti mengantongi banyak jam latihan dan pertandingan agar perfoma serta kemampuan mereka terus meningkat.

“Saya yakin, kepercayaan terhadap proses akan membentuk hasil yang baik,” tutur purnawirawan polisi berpangkat akhir Komisaris Jenderal itu.

Sebelumnya, dalam sebuah video siniar di kanal Youtube JPNN.COM, Haruna Soemitro menyebut bahwa yang terpenting dalam sepak bola adalah hasil bukan proses.

“Ya, memang gitu sepak bola. Di sepak bola itu orang tak mau lihat proses. Yang dilihat hasil,” ujar Haruna ketika itu.

Pernyataan Haruna tersebut mendapatkan protes dari banyak warganet. Apalagi kalimat tersebut juga diarahkan Haruna untuk menyindir pelatih timnas Indonesia Shin Tae-yong yang dianggapnya sama saja dengan pelatih lain karena “hanya” bisa membawa skuad “Garuda” ke final Piala AFF.

Gelombang kritik Haruna untuk Shin Tae-yong membuat warganet bereaksi dan memunculkan tanda pagar (tagar) #HarunaOut di media sosial sebagai desakan agar Haruna keluar dari PSSI. Bersamaan dengan itu, warganet memberikan dukungan kepada Shin Tae-yong.

Ibnu Naufal

Menulis untuk masa depan untuk aku, kamu dan kita.
Back to top button