News

Tak Kunjung Bubarkan Diri, Polisi Pukul Mundur Massa Pendemo Gedung DPR


Kelompok masyarakat yang berunjuk rasa di depan Gedung DPR RI terpaksa dibubarkan secara paksa oleh pihak kepolisian karena tak kunjung membubarkan diri pada Selasa (19/3/2024) malam.

Pantauan Inilah.com, hingga pukul 20.32 WIB massa masih berdemonstrasi di depan Gedung DPR RI. Hal ini lantas mendorong polisi untuk membubarkan karena telah menyalahi aturan Peraturan Kepolisian RI (Perkapolri) Nomor 7 Tahun 2012.

Polisi terus melangkah maju untuk membubarkan massa. Diiringi dengan dua unit mobil water canon dan dua unit mobil pengurai massa.  Di belakang barisan polisi juga terdapat puluhan sepeda motor yang mayoritas diisi oleh Brimob dan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Mereka memukul mundur massa dengan menggunakan sirine sambil menggeber motor.

Diketahui, Gerakan Penegak Kedaulatan Rakyat (GPKR) dan sejumlah elemen masyarakat penyelamat demokrasi menggelar unjuk rasa di depan Gedung MPR/DPR RI, Jakarta Pusat, Selasa (19/3/2024). Mereka menggugat Pemilu 2024 yang dianggap cacat secara hukum.

Pantauan Inilah.com, massa hadir di depan Gedung DPR sekitar pukul 14.30 WIB. Tampak juga Presidium GPKR Din Syamsudin. Massa yang hadir pun membawa berbagai spanduk mulai dari spanduk bertuliskan “No More Democracy in Indonesia Impeach Jokowi the Democracy Destroyer” hingga spanduk bergambarkan keluarga Jokowi.

“Kita semua menolak yang namanya Pemilu, kita minta ke DPR untuk segera melaksanakan hak angket,” kata salah satu orator.

Gerakan Mahasiswa Bersama Rakyat (Gemarak) ikut menggelar aksi menolak pemilu curang hingga mendesak Presiden Joko Widodo (Jokowi) dilengserkan di depan Gedung DPR RI, Jakarta Pusat, Selasa (19/3/2024).

Mereka tiba di depan Gedung DPR sekitar pukul 16.10 WIB. Gemarak dipersilakan untuk melakukan orasi setelah Gerakan Penegak Kedaulatan Rakyat (GPKR) mengakhiri unjuk rasanya hari ini.

Perwakilan dari Gemarak mengaku bahwa seluruh mahasiswa di seluruh Indonesia sudah khawatir dengan kondisi bangsa saat ini. Pasalnya, penguasa telah terang-terangan melakukan pelanggaran hak kedaulatan rakyat.

“Kami hari sadar betul kondisi kita saat ini di tengah situasi rakyat hari ini meminta dan merebut hak politiknya tapi apa yang terjadi, yang terjadi adalah kita dihadapi dengan situasi yang begitu sulit, kira hari ini sebagai rakyat kita terpecah belah,” kata salah satu orator.

Back to top button