Arena

Tahun Berat Bagi Ekonomi Jokowi, Jangan Bicara Target 5,3 Persen

Tahun ini adalah tahun berat bagi perekonomian sejumlah negara termasuk Indonesia. Naga-naganya, tim ekonomi Jokowi bakal kesulitan merealisasikan pertumbuhan ekonomi sesuai target 5,3 persen. Paling top 5 persen.

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira menegaskan, tahun ini, tantangan ekonomi semakin berat. Kuartal II, khususnya pasca Lebaran, tantangan ekonomi diperkirakan semakin kompleks. Konsumsi rumah tangga bisa saja lebih rendah pada periode berikutnya.

“Karena indikator inflasi inti pada April 2023, yakni 2,83 persen secara tahunan (year on year/yoy), atau lebih rendah ketimbang Maret sebesar 2,94 persen. Inflasi inti menunjukkan dorongan sisi permintaan yang melemah,” terang Bhima, Jakarta, Sabtu (6/5/2023).

Selain itu, kata Bgima, pasca Lebaran merupakan low-season, sehingga daya dorong konsumsi sebaiknya dibangkitkan dengan mempercepat serapan belanja pemerintah, mengendalikan inflasi sisi pasokan terutama transportasi dan pangan, hingga menurunkan kembali pajak-pajak yang hambat pemulihan ekonomi.

“Tanpa upaya extra ordinary dari pemerintah, niscaya ekonomi kehilangan tenaga untuk dapat mencapai target pertumbuhan 5,3 persen pada 2023. Kami memproyeksikan ekonomi pada 2023 berada di kisaran 4,9persen hingga 5 persen,” tuturnya.

Dari sisi lapangan usaha, pertambangan, konstruksi dan pertanian serta industri manufaktur, kata Bhima, mencatatkan kinerja buruk. Sektor pertanian ini turun tajam, hanya mampu tumbuh 0,3 persen (yoy).

“Padahal tahun ini mulai menghadapi El-Nino yang berdampak ke produktivitas tanaman pangan, hingga perikanan. Pemerintah harus segera benahi sektor pertanian dengan berbagai program mulai dari penurunan biaya pupuk, logistik, hingga bantuan modal yang masif. Sektor pertanian menyerap 40,6 juta tenaga kerja per Februari 2023. Atau menyerap 29,3 persen dari total tenaga kerja nasional,” terang Bhima.

Back to top button