Market

Tahu Baso dan Sale Pisang Semarang Rambah Pasar Australia hingga AS


Salah satu produk hasil usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) tahu bakso ‘Tomell’ dan sale pisang ‘Rodjo Sale’ berhasil merambah pasar Australia dan AS.

Produk hasil PT Kingkaf Makmur Sejahtera yang digeluti Ika Yuanita tersebut terus berinovasi untuk memperluas jangkauan pemasaran dan penjualan produknya. Perempuan asal Semarang, Jawa Tengah itu juga mampu memasarkan produknya hingga ke Jepang.

Ika mengakui, tahu bakso dan sale pisang adalah produk buatannya yang paling banyak diminati.Tahu bakso olahan Kingkaf ini mampu bertahan hingga delapan bulan dalam suhu ruang karena dikemas dengan menggunakan teknologi modern.

“Kingkaf melihat peluang dari orang-orang Indonesia yang sangat menyukai cemilan. Para diaspora Indonesia di luar negeri pasti tidak mudah untuk menemukan cemilan yang familiar di lidah mereka. Betul saja, cemilan tahu baso dan sale pisang menjadi makanan yang disukai para diaspora, terutama di AS dan Australia,” tutur Ika saat ditemui di sela pameran pada Rapat Kerja Kementerian Perdagangan, di Hotel Padma Semarang, Jawa Tengah, Rabu (21/2/2024) seperti dikutip dari keterangan resmi Kemendag.

Ika menyatakan, sale pisang Kingkaf diperoleh dari petani pisang di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Pisang yang digunakan tidak pernah dibeli dari penjual, tapi langsung dari petani sehingga dalam kondisi matang yang sesuai. Pisang yang digunakan juga pisang khusus, yaitu pisang silangan yang memiliki tekstur lebih kenyal.

“Berbagai produk Kingkaf akhirnya bisa merambah pasar internasional. Mulai dari AS, Australia, Jepang, Malaysia, dan Singapura.

Kingkaf memanfaatkan penjual ulang yang ada di negara-negara tersebut untuk memasarkan produknya. Khusus untuk pasar Amerika Serikat, Kingkaf rutin mengirim produk tahu bakso dan sale pisang setiap bulan. Kingkaf juga memiliki toko di Brisbane, Australia untuk membantu merambah pasar di negeri kanguru tersebut,” ujar Ika.

Ika mengungkapkan, terdapat banyak tantangan yang harus dilalui Kingkaf sebelum sukses seperti saat ini. Kingkaf didirikan pada 2017 dengan produk awal kopi robusta, arabika, dan liberika. Kopi-kopi tersebut dipetik dari petani-petani binaan dinas bidang pertanian Kabupaten Batang, Jawa Tengah.

Produk kopi Kingkaf pada awalnya dipasarkan dengan metode waralaba dan berhasil tersebar di empat titik, yakni tiga di Semarang dan satu di Madiun. Selain waralaba, Kingkaf juga menjual produk pertama mereka melalui penjual ulang yang tersebar di Palembang, Jakarta, dan Bali.

Ika meneruskan, Kingkaf akhirnya membuat produk baru dengan mengembangkan green coffee untuk diet. Ternyata produk baru tersebut banyak diminati masyarakat. Produk kopi yang dipasarkan Kingkaf berbentuk bubuk dan roasted bean.

“Selain itu, Kingkaf juga terus berinovasi dalam mengembangkan produk minuman tradisional fermentasi jahe dan lemon ‘Jaenak’, minuman jahe dengan sensasi yang berbeda karena ada soda alaminya. Minuman yang diberi nama Jaenak ini merambah milenial,” kata Ika.

Ika mengatakan, Kingkaf juga kembali mengembangkan berbagai produk lainnya. Beberapa di antaranya, teh celup rempah yang terdiri dari lima varian, yaitu teh pegel lin, teh masuk angin, the uwuh, teh angkrah, dan teh rosella. Lalu, terdapat juga produk kerupuk udang dan wingko babat.

“Kingkaf akan selalu mengedepankan kualitas. Contohnya, produk fermentasi bawang putih Kingkaf yang menggunakan prebiotik, bukan sekadar dipanaskan. Lalu, produk fermentasi jahe dan lemon Kingkaf yang memiliki sensasi soda alami menggunakan laktobasilus sehingga memperlancar pencernaan,” imbuh Ika. 

Back to top button