Market

Dolar AS Tembus Rp16.250, Sri Mulyani Angkat Bicara


Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati angkat bicara terkait dengan nilai tukar rupiah yang terus melemah terhadap dolar AS, bahkan telah menembus level Rp16.250. Menurutnya, situasi saat ini tidak lepas dari pengaruh perekonomian global.

Dalam wawancara khusus dengan Bloomberg TV di sela-sela Spring Meetings IMF-World Bank 2024, di Washington DC, AS, Jumat (19/4/2024), Sri Mulyani mengatakan bahwa situasi global yang berkembang saat ini pasti akan berdampak pada perekonomian Indonesia.

Ia menjelaskan di sisi ekspor, penerimaan akan jauh lebih baik dengan nilai tukar dolar yang menguat. Namun, di sisi impor, konversi harga dolar terhadap rupiah akan lebih tinggi dan bisa berdampak pada inflasi di Indonesia.

“Pemerintah terus mengantisipasi dan waspada terhadap perkembangan ini. Saya yakin Indonesia akan tetap resilien dalam situasi ini,” kata Sri Mulyani dalam unggahannya di media sosial Instagram, seperti dikutip Sabtu (20/4/2024).

Ia menuturkan, stabilitas ekonomi akan terus dijaga, baik dari sisi moneter maupun fiskal. Pihaknya pun terus berkoordinasi dengan Bank Indonesia (BI) untuk untuk beradaptasi dengan tekanan yang ada.

“Dari sisi fiskal, kita memastikan APBN berperan menjadi shock absorber yang efektif dan kredibel,” ucapnya.

Sri Mulyani juga menyatakan tetap optimistis Indonesia akan mencapai pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen tahun ini. Hal itu diyakini karena seperti saat melewati krisis pandemi COVID-19 lalu, ekonomi Indonesia mampu tetap bertumbuh.

“Di tengah kondisi suku bunga dan inflasi global yang tinggi seperti saat ini, saya yakin ekonomi Indonesia akan tetap terjaga sesuai target, didukung oleh sisi ekspor yang kuat dan neraca perdagangan yang surplus,” katanya.

Rupiah ditutup melemah 0,49 persen di angka Rp16.250 per US$1 pada penutupan perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (19/4/2024). Secara mingguan, rupiah juga terpantau ambles 2,08 persen, sehingga menjadikan pelemahan terburuk mingguan sejak 3 Juli 2020 atau ketika pandemi COVID-19.

 

Back to top button