Market

Bertemu Menteri Industri Malaysia, Menko Airlangga Dorong Sawit Berkelanjutan

Selasa, 19 Jul 2022 – 19:40 WIB

Bertemu Menteri Malaysia, Menko Airlangga Dorong Sawit Berkelanjutan

Mungkin anda suka

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (Riau Pos).

Indonesia dan Malaysia sebagai negara penghasil sawit terbesar di dunia, sepakat meningkatkan promosi sawit berkelanjutan (sustainable palm oil) di AS dan Eropa.

Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto selepas pertemuan tingkat menteri ke-10 CPOPC di Nusa Dua, Badung, Bali, Selasa (19/7/2022), menjelaskan, krisis pangan dan energi akibat agresi Rusia di Ukraina harus dimanfaatkan sebagai momentum mengampanyekan sawit sebagai komoditas alternatif yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.

“Ini momentum yang harus dimanfaatkan secara maksimal oleh CPOPC (Dewan Negara-Negara Produsen Minyak Sawit), dan adanya krisis di Ukraina atau dengan adanya konflik, maka suplai dari BBM (bahan bakar minyak) atau energi juga terdisrupsi terutama dari Rusia,” kata Menko Airlangga.

Alasannya, sejumlah negara terutama yang tergabung di Uni Eropa (EU), gencar menyebarkan kampanye buruk (black campaign) terhadap sawit yang dinilai merusak keragaman hutan dan tidak berkelanjutan.

Menko Airlangga bilang, situasi saat ini, distribusi 5,5 juta ton biji-bijian (grains) dari Ukraina, menjadi salah satu sumber pangan dan energi (biofuel) dunia, terhambat karena blokade militer Rusia di Laut Hitam.

Meskipun saat ini secara bertahap 2 juta ton grains mulai keluar, tetapi itu belum cukup untuk memenuhi kebutuhan dunia. “Oleh karena itu, kerja sama Indonesia dan Malaysia menjadi sangat penting, karena ini menjadi kunci saat 5,5 juta ton (sumber) vegetable oil (minyak sayur, red.) yang berasal dari Ukraina belum bisa keluar secara penuh,” kata Menko Airlangga.

Saat ini, kata Menko Airlangga, Indonesia menyuplai 48 juta ton sawit mentah (CPO) ke pasar dunia, sementara Malaysia 16 juta ton CPO. Total jenderal, kedua negara menyuplai 66 juta ton CPO, sementara permintaan dunia sebanyak 45 juta ton.

Dan, permintaan terbesar datang dari India sebanyak 7,8 juta ton, diikuti oleh 27 negara anggota Uni Eropa (EU) 5,8 juta ton, dan China 4,5 juta ton.

Terkait situasi itu, ia menyampaikan negara-negara anggota dan pengamat (observer) di CPOPC sepakat untuk meningkatkan kampanye sawit yang berkelanjutan sekaligus memperkuat hubungan dengan negara-negara konsumen sawit.

Sementara, Menteri Industri Perkebunan dan Komoditas Malaysia, Datuk Zuraida Kamaruddin sepakat bahwa peluang yang muncul di tengah situasi krisis, perlu dimanfaatkan secara optimal oleh negara penghasil minyak sawit.

“Konflik, peperangan antara Rusia dan Ukraina juga memberi peluang kepada negara seperti Indonesia dan Malaysia (penghasil) palm oil (minyak sawit) untuk kembali balik memberi keyakinan kepada pengguna di Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa yang selama ini masih memberi tanggapan-tanggapan tidak benar mengenai kebaikan sawit,” kata Zuraida.

Ia menyampaikan, negara-negara penghasil sawit berkomitmen dan telah menerapkan prinsip-prinsip berkelanjutan dalam produksi sawit, mengingat CPOPC juga telah memperkenalkan Kerangka Prinsip Global untuk Sawit Berkelanjutan (GFP-SPO).

“Ini adalah peluang kita mendapatkan keyakinan mereka untuk menerima hakikat bahwa sawit merupakan yang terbaik, sangat sustainable, dan cost effective,” kata Zuraida.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button