Kanal

Petugas Partai itu Mulai Berani Cawe-cawe Urusan Jakarta

Sikap “peduli” Ganjar itu dianggap tidak etis dan cawe-cawe. Ganjar dipandang offside dan mengurusi hal yang di luar kewenangannya. Ganjar seakan-akan merasa sudah menjadi presiden.  Apapun yang dilakukan Ganjar memuat tujuan politik dalam bingkai Pilpres 2024 mandatang.

Oleh Wiguna Taher

Mungkin anda suka

Sosok Ganjar Pranowo terus menarik perhatian publik pasca dirinya resmi diumumkan sebagai bakal calon presiden dari PDI Perjuangan. “Menetapkan saudara Ganjar Pranowo, sekarang Gubernur Jawa Tengah sebagai kader dan petugas partai untuk ditingkatkan penugasannya sebagai calon presiden Republik Indonesia dari PDIP,” ujar Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dalam rapat DPP PDIP ke-140 di Istana Batu Tulis, Bogor pada Jumat 21 April 2023 lalu.

Setelah itu, seolah tiada hari tanpa Ganjar diperbincangkan di ruang publik, di media mainstream maupun media sosial. Untuk menjalankan tugas partainya, Ganjar tancap gas, bersafari politik ke banyak tempat, termasuk blusukan ke pasar pasar. Semua aktivitas ini terekam rapi dan diglorifikasi di berbagai media.

Sabtu (24/6/2023) lalu misalnya, sebagai petugas partai Ganjar menyambangi Pasar Anyar Bahari, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Saat tiba di salah satu lapak, seorang pedagang mengeluhkan besarnya biaya retribusi bulanan dan menyampaikan kondisi pasar yang sepi karena kalah bersaing dengan pedagang online.

Entah karena rasa peduli atau musabab lainnya, Ganjar berinisiatif menelepon Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi. “Halo Pak Gubernur,” kata Ganjar ketika menelepon Heru. “Ini Pak, saya mau sampaikan keluhan pedagang yang ada di Pasar Anyar Bahari,” lanjut Ganjar. Namun pembicaraan tak berlanjut. “Mohon maaf Mas, saya lagi kondangan,” jawab Heru. Sambungan telepon pun ditutup.

Lalu Ganjar menghubungi Sekretaris Daerah DKI Jakarta Joko Agus dan menyampaikan keluhan warga itu. “Ini saya lagi di Pasar Anyar Bahari, permasalahan pertama mereka kepingin pembayaran retribusi itu berat boleh nggak diringanin?” kata Ganjar kepada Joko dalam sambungan telepon. “Nggih (ya),” jawab Joko.

“Konter KJP pangan murah dibuka lagi di Pasar Anyar Bahari,” sambung Ganjar.

Joko meminta koordinator pasar untuk bertemu langsung dengan dirinya. “Siap, nanti suruh ketemu saya di mana gitu,” kata Joko. “Nanti saya kasih nomor beliau, nanti biar staf bapak yang telepon ya biar ketemu,” jawab Ganjar.

Saat ditemui awak media Senin (26/6/2023, Heru Budi mengaku tak sempat berkomunikasi lama dengan Ganjar. “Enggak diangkat, saya kan lagi jadi saksi akad nikah,” kata Heru saat ditemui seusai mendampingi Presiden Joko Widodo meninjau Pasar Palmerah, Jakarta.

Di sinilah pangkal persoalannya. Sikap “peduli” Ganjar itu dianggap tidak etis dan cawe-cawe. Ganjar dipandang mengurusi hal yang di luar kewenangannya.

“Ya itu lah salah kaprah, kalau perintah, salah kaprah. Tapi kalau menghubungi untuk sebagai fasilitator ya, masyarakat yang di pasar dengan penghubung lah gitu, itu baru bisa. Tapi kalau perintah ya sudah melampaui kewenangannya, karena dia capres, caprespun kan belum resmi belum terdaftar di KPU,” kata Pengamat Politik Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin kepada Inilah.com, Minggu (25/6/2023).

Bukan hanya itu, kata Ujang, status Ganjar yang masih menjabat Gubernur Jawa Tengah membuat tindakan Ganjar itu seolah melenceng dari jalur. “Lalu juga dia adalah Gubernur Jawa Tengah bukan Gubernur DKI. Jadi jangan offside, jangan berlebihan dalam konteks itu. Jadi kalau perintah itu tidak bagus, tidak pas, kurang cocok,” tegasnya.

“Dari kata-katanya, diksinya, dari pernyataannya, kelihatannya seperti perintah. Tentu ini tidak bagus, tidak pas, tidak cocok, kalau itu dilakukan oleh siapapun, termasuk oleh capres Ganjar,” cetus Ujang.

Senada dengan Ujang, Direktur Eksekutif Political and Public Policy Studies Jerry Massie melihat Gajar sudah salah kamar. “Saya pikir Ganjar sudah melenceng dan ini di luar koridor dan tupoksi (tugas pokok dan fungsi) wilayah kerjanya,” kata Jerry Massie, Senin (27/6/2023).

Ganjar seyogianya memahami batas-batas kewenangan pemimpin daerah. Upaya Ganjar menelepon Heru tidak sesuai domain kerjanya. “Ganjar tidak perlu mengurus Jakarta, bikin baik saja dan sejahterakan Jawa Tengah,” ujar Jerry.

Bahkan Jerry menuding, Ganjar seakan-akan merasa sudah menjadi presiden dan menelepon Heru sebagai bawahannya. “Saya kira Ganjar tidak bijak,” tukasnya.

Bertolak belakang dengan Ujang dan Jerry, politisi PDIP Adian Napitupulu membela habis habisan Ganjar. Kata Adian, insiatif Ganjar sah-sah saja dilakukan, karena dalam melawan ketidakadilan tidak boleh ada sekat yang membatasi.

“Di mana pun kita sebagai manusia ketika melihat ada persoalan yang bermuatan ketidakadilan ya bertindak aja. Kenapa kemudian bertindak masalah ketidakadilan dibatasi oleh ruang. Nggak bisa,” kata Adian di kawasan Jakarta Selatan, Sabtu (24/6/2023) malam.

Adian mengungkapkan inisiatif serupa juga sering dilakukan Ganjar setiap melakukan kunjungan ke daerah. Ia pun menyarankan kepala daerah lainnya juga melakukan hal yang sama saat sedang berkunjung ke wilayah lain. “Harus begitu. Dan itu dilakukan tidak cuma di Jakarta, di Bali dia telepon gubernur. Di tempat lain dia telepon wali kota dan semua harus melakukan hal yang sama,” tegas Adian.

Lepas dari pembelaan Adian, sejatinya Ganjar ini memang cenderung memilih cawe-cawe. Soal Pilkada Jatengh 2024 mendatang misalnya, secara tegas Ganjar menyatakan akan ikut cawe cawe, jika yang maju nanti adalah kader PDIP. “Kalau kadernya dari PDI Perjuangan ya wajib dong, pasti saya jadi jurkam (juru kampanye),” kata Ganjar, Senin (5/6/2023), menjawab pertanyaan awak media soal apakah dirinya akan cawe-cawe di Pilgub Jateng 2024.

Apapun yang dilakukan Ganjar akhir akhir ini tak lepas dari bagaimana dia memenangkan kontestasi Pilpres 2024 nanti. Semua langkah dipastikan memuat tujuan politik dalam bingkai Pilpres itu.

Dalam pengamatan dosen Universitas Multimedia Nusantara Silvanus Alvin, setidaknya ada dua alasan politis mengapa Ganjar terkesan cawe cawe dengan urusan Jakarta.

“Media pers yang Jakartasentris. Artinya tokoh sekelas Ganjar yang sudah menyatakan diri maju capres, kalau sekadar bertugas di Jawa Tengah saja maka akan kurang dilirik,” ujar Alvin, Senin,(26/6/2023).

Apalagi, rekam jejak membuktikan bahwa, siapa yang menguasai narasi di Jakarta berpeluang memenangi  Pilpres. “Kalau hanya fokus di Jateng, maka akan sangat susah bagi Ganjar,” ungkap Alvin.

Itu sebabnya Ganjar harus mengikuti konsep media yang masih Jakartasentris. Ganjar wajib beraksi di Jakarta dan mendapatkan tempat di hati masyarakat.

Tetapi, di tempat asalnya berkuasa, Jawa Tengah, Ganjar juga harus menunjukkan sejumlah prestasi supaya manuver politiknya di daerah lain, tidak mengundang cibiran hanya gara gara apa yang dipedulikan Ganjar di tempat lain, kondisinya justru lebih buruk di Jawa Tengah. Semisal, Ganjar ingin menyoroti semwarutnya pasar di Jakarta, apakah kondisi pasar di Jawa Tengah jauh lebih baik dari Jakarta? Kalau belum, mending diam dan tak usah ikut cawe cawe.

Wiguna Taher – Pemimpin Redaksi Inilah.com

Back to top button