Market

Peluang Indonesia Gabung BRICS, Jokowi Masih Pikir-pikir

Kalau tak ada aral, Presiden Jokowi bakal menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS pada 22-24 Agustus 2023 di Afrika Selatan. Sinyal Indonesia gabung dengan sejumlah negara seperti Brasil, Rusia, India, China dan Afirka Selatan selaku pendiri BRICS.

Saat ditanya soal peluang itu, Presiden Jokowi yang bakal pensiun pada Oktober 2024 itu, mengaku masih pikir-pikir dulu. “Nanti diputuskan (bergabung BRICS),” kata Jokowi di GBK, Jakarta, Senin (7/8/2023).

Sedangkan Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi membenarkan rencana Jokowi bakal terbang ke Afrika Selatan untuk menghadiri undangan KTT BRICS. Namun tak dijelaskan apakah berarti Indonesia bakal masuk dalam BRICS.

Kata Retno, rencana Jokowi itu membutuhkan proses yang tidak mudah. “Jadi biasanya rencana kunjungan itu baru dapat kami konfirmasikan ke publik kalau semuanya sudah konfirm beberapa hari menjelang kunjungan itu sendiri, kalau sekarang kami masih masih berkoordinasi terus,” kata Retno.

Ekonom dari Pergerakan Kedaulatan Rakyat (PKR), Gede Sandra menyebut, bila Indonesia bergabung dalam BRICS (Brazil, Rusia, India, China, South Africa), maka rupiah bakal menguat. Ketergantungan terhadap dolar AS bakalan terjun bebas.

Gede menerangkan, bergabungnya Indonesia ke BRICS akan memperlemah dominasi mata uang Paman Sam (US$). “Karena prinsip kerja sama perdagangan di BRIC adalah berdasarkan dedolarisasi. Ini memperkuat rupiah karena akan semakin banyak digunaakan negara-negara anggota BRICS,” terangnya.

Manfaat lain, kata Gede, BRICS semakin membuka kerja sama perdagangan Indonesia dengan negara di luar mitra tradisional, kecuali China yang menjadi mitra dagang terbesar dalam 10 tahun terakhir. “Namun, ada satu pertanyaan yang cukup mendasar. Jika rupiah menguat, itu menguntungkan atau tidak untuk ekspor kita. Nah itu harus dihitung dengan cermat,” tuturnya.

Namun begitu, kata Gede, Indonesia berpeluang merugi. Bergabung dengan BRICS, sama artinya dengan membuat jarak dengan grup AS dan barat yang sudah lama menjadi mitra dagang bagi Indonesia. Bisa jadi, AS dan barat akan mengembargo perdagangan dan keuangan Indonesia.

Dalam hal ini, kata Gede, rencana gabungnya Arab Saudi ke dalam BRICS, bisa menjadi magnet bagi banyak negara untuk mengikutinya. Kalau benar kejadian, semakin memperlemah pengaruh dolar AS di dunia. Selain itu, Timur Tengah yang memiliki sumber energi besar, bakal mengurangi perdagangan dengan AS dan blok barat.

“Kita benar Arab Saudi gabung BRICS, maka pasokan energi ke AS dan barat, bakal terganggu di masa depan. Ini akan memperburuk perekonomian serta menciptakan inflasi tinggi bagi AS dan barat,” imbunya.

Asal tahu saja, BRICS yang merupakan kumpulan dari sejumlah negara maju dan berkembang, yakni Brasil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan, menguasai 31 persen GDP (Gross Domestic Bruto) dunia. Lebih tinggi ketimbang kelompok 7 negara dengan perekonomian maju (G7). Beranggotakan Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat. Di mana, GDP dari Group of seven ini, menguasai 30 persen dunia.

Back to top button