News

Bocah SD Meninggal Usai Dibully Kakak Kelas, Komisi X: Siswa Zaman Sekarang Lebih Berani dari Guru!

Wakil Ketua Komisi X DPR Dede Yusuf mengakui bahwa kasus perundungan atau bullying saat ini di lingkungan sekolah sudah sangat meresahkan, terlebih lagi sampai adanya korban jiwa dalam peristiwa ini.

“Bullying ini sekarang sudah sangat meresahkan, karena tidak ada figur pengawasan lagi di sekolah,” kata Dede kepada Inilah.com saat dihubungi di Jakarta, Selasa (23/5/2023).

Ia menilai peran guru menjadi sangat penting dalam hal ini untuk menerapkan kedisiplinan. “Menurut saya yang paling penting, yaitu kembalikan hak mendisiplinkan siswa ke guru. Karena sekarang banyak guru tidak berani mendisiplinkan siswa sebab takut dilaporkan ke pihak hukum oleh orang tua,” terangnya.

Padahal, tambah dia, guru seharusnya dapat menjalankan fungsi pengawasan di lingkungan sekolah.”Namun siswa zaman sekarang lebih berani dari gurunya, karena tahu kalau guru tidak bisa memberi hukuman apa-apa,” ujarnya.

“Perlu ada kesepakatan antara orang tua dengan sekolah dan guru dalam hal mendisiplinkan anak. Tentu pada batas batas kewajaran, namun ada efek jera,” pungkas Dede.

Sebelumnya, Polres Sukabumi Kota masih mendalami kasus tewasnya bocah Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Sukaraja yang tewas dikeroyok oleh kakak kelasnya di sekolah.

Kasat Reskrim Polres Sukabumi Kota AKP Yanto Sudiarto menjelaskan korban berinisial MHD (9) dikeroyok dua hari berturut-turut di dua lokasi berbeda yang masih berada di lingkungan sekolah.

“Kami sudah meminta keterangan dari enam saksi yang berasal dari pihak keluarga korban dan sekolah, terkait kasus penganiayaan hingga tewas seorang pelajar SD di Kecamatan Sukaraja,” kata Yanto, Minggu (21/5/2023).

Menurutnya, pada Senin, (15/5/2023) korban dianiaya di sekitar lingkungan sekolah dan di hari keduanya atau pada Selasa, (16/5/2023) korban mendapatkan perundungan di belakang sekolah atau dekat kamar mandi.

Awalnya korban tidak mengaku bahwa dirinya telah dikeroyok oleh sejumlah kakak kelasnya. Korban hanya mengeluh sakit kepada orang tuanya saat pulang ke rumah pada Senin (15/5/2023).

Besoknya, korban sudah diminta untuk tidak masuk sekolah jika masih sakit, tapi korban memaksa tetap sekolah. Saat di sekolah, korban kembali mengalami aksi pengeroyokan oleh kakak kelasnya.

Kemudian korban kembali ke rumah dengan kondisi lemah dan mengalami kejang-kejang. Oleh kakek korban, MHD dilarikan ke RS Primaya pada Rabu (17/5/2023).

Dokter yang curiga dengan kondisi fisik korban, menanyakan penyebab sakitnya korban. Namun MHD tetap tidak mengakui telah menjadi korban pengeroyokan di sekolahnya.

Akhirnya dokter pura-pura menyuruh keluarga untuk keluar ruangan, dan pihak keluarga bersembunyi di balik tirai ruang pemeriksaan. Akhirnya korban mau cerita, dia dikeroyok teman serta kakak kelasnya.

Selanjutnya, korban dipindah ke RS Hermina dan menjalani perawatan selama tiga hari, karena sempat kritis. Hari keempat, Sabtu (20/5/2023) korban muntah darah, hingga akhirnya menghembuskan napas terakhirnya pukul 08.00 WIB.

Back to top button