Market

Jaga Stok Beras, Pemerintah Dorong Swasta Garap Revitalisasi Penggilingan Padi

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mendorong revitalisasi penggilingan padi demi menciptakan efisiensi. Untuk menjaga produksi beras nasional di tengah ancaman El Nino

Selain itu, Menten SYL mencanangkan penanaman padi di lahan seluas 1.000 hektare per kabupaten se-Kalimantan Selatan (Kalsel). “Pertanian adalah sektor yang paling siap memperbaiki, membahagian dan mensejahterakan hidup manusia adalah pertanian. Mengantisipasi perubahan iklim ektrim, El Nino, kita dorong revitalisasi dan kegiatan tanam,” kata Mentan SYL, dikutip Senin (14/8/2023).

Atas prakara Mentan SYL, PT Wilmar Padi Indonesia (WPI) memulai program dalam membantu meningkatkan kemampuan pelaku usaha penggilingan melalui Mill Engagement Program (MEP). Pilot projectnya di Kabupaten Serang, Banten.

“MEP bertujuan untuk meningkatkan kemampuan penggilingan dalam mengolah gabah menjadi beras, sehingga dapat memenuhi standar industri,” kata Saronto, Rice Business Head PT Wilmar Padi Indonesia (WPI).

Selama ini, kata dia, pelaku penggilingan lokal menghadapi masalah teknologi. Program ini akan fokus dalam peningkatan teknologi dan memberikan pendampingan dari tim perusahaan. “Program ini diharapkan dapat membantu pelaku usaha penggilingan dalam meningkatkan bisnisnya dalam jangka panjang,” tutur Saronto.

Bentuk bantuan dalam program MEP ini, disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing penggilingan. Contohnya, masalah yang umum dihadapi penggilingan di Serang adalah gabah berbau asap karena pemanggangan dilakukan secara tradisional.

Saat ini, WPI telah menjalin kerjasama dengan sekitar 92 penggilingan padi di Banten dan Jawa Timur. Dari jumlah tersebut, pihaknya berharap akan lebih banyak lagi pelaku usaha yang bergabung dalam MEP. “Kami siap mendukung upaya pemerintah dalam merevitalisasi penggilingan,” ujar Saronto.

Somali, pemilik penggilingan di Kasemen, Kabupaten Serang adalah salah satu peserta MEP. Saat ini dia sedang membangun penggilingan baru berkapasitas 20 ton per hari, yang akan dikhususkan untuk produksi beras premium. WPI akan memberikan bantuan teknologi tungku dan pendampingan teknis. “Setelah menjadi pemasok gabah selama dua tahun ini, saya ingin coba ke beras premium agar bisnis naik kelas,” kata dia.

Senada, Eka Hidayatulloh, pemilik usaha pengilingan padi lainnya, mengaku mendapatkan bantuan teknologi dan pendampingan dari WPI. “Saya ingin menjalankan dua-duanya, penggilingan beras dan gabah,” ungkap dia.

Masih kata Somali, sejumlah faktor memicu harga gabah tinggi. Salah satunya karena Banten belum memasuki waktu panen, sehingga banyak tengkulak yang berebut gabah. Hal itu mendorong mereka membeli dengan sistem ijon.

Akibatnya, banyak padi yang belum waktunya dipanen tetapi dipotong lebih awal, sehingga rendemennya rendah. “Saat ini barang (gabah) masih ada, tetapi harga tinggi tetapi rendemennya rendah,” kata dia.

Umumnya, harga gabah di Serang mencapai Rp 6.400-Rp 6.500 per kilogram (kg), bahkan tengkulak dari luar daerah berani membeli Rp 6.600 per kg.

Sedangkan harga beli di WPI hanya Rp6.200-R 6.300 per kg. Hal itu mendorong penggilingan lebih banyak menjual ke tengkulak. Meski demikian, Somali masih memasok ke pabrik karena pembayarannya lebih cepat dibanding dengan tengkulak.

Menurut Eka, Meski sudah cukup lama menjadi pemasok regular di WPI, sudah sebulan terakhir dia berhenti memasok karena harga gabah di luar Rp6.500 per kg dibandingkan WPI yang hanya Rp 6.200-Rp 6.300 per kg, belum termasuk potongan rafaksi. “Saya sementara berhenti dulu (pasok ke Wilmar) karena harga di luar lebih tinggi,” ujar Eka.

Back to top button