Market

Sulitnya Petani Mendapatkan Pupuk Bersubsidi, Ganjar Berani Beda dengan Jokowi


Saat bertemu petani se-Jawa Tengah (Jateng), Presiden Jokowi menyebut mahalnya harga gas sebagai bahan baku utama pupuk, dampak perang Rusia-Ukraina, biang kerok kelangkaan pupuk di Indonesia.

Karena, perang itu, Ukraina yang kaya gas terpaksa menghentikan ekspor bahan baku pupuk itu, ke sejumlah negara, termasuk Indonesia. Alhasil, harga gas melejit cepat. Namun, calon presiden (capres) nomor urut 3, Ganjar Pranowo punya pandangan berbeda.  “Ada sumber bahan pupuk yang dari negara lain kok,” kata Ganjar, dikutip Jumat (5/1/2023).

Sejatinya, Ganjar ingin Indonesia bisa menjadi negara mandiri, termasuk sektor pupuk. Indonesia yang punya sumber gas, seharusnya mampu memroduksi pupuk secara mandiri. 
“Kalau intinya kan beberapa materinya adalah gas, maka sumber-sumber gas yang ada di Indonesia, bisa kita prioritaskan untuk pupuk itu,” kata mantan Gubernur Jateng itu.

“Beberapa yang lain kan kita bisa, dalam hubungan dagang luar negeri kita, mengajak partnership dengan mereka, mutual kegiatannya, dan kemudian kita bisa menggunakan pola-pola kerja sama untuk bersama-sama,” lanjut Ganjar.

Sebelumnya, Jokowi mengatakan bahwa perang Rusia-Ukraina membawa kesengsaraan, bukan hanya penduduk kedua negara itu. Masyarakat di sejumlah negara ketimpa hal yang sama. Termasuk Indonesia.

Pasalnya, kata Jokowi, lima pabrik pupuk di Indonesia masih bergantung kepada pasokan gas dari Ukraina. Ketika pasokan macet membuat produksi pupuk anjlok signifikan. Termasuk pupuk bersubsidi yang sangat dirindukan petani.

“Perang di Ukraina dengan Rusia kenapa berdampak pada petani? Karena 5 pabrik pupuk yang kita miliki, 5 industri pupuk yang kita miliki bahan bakunya dari Rusia Dan Ukraina, karena perang kapalnya tidak bisa membawa bahan pupuk untuk berlabuh,” jelas Jokowi.
 

Back to top button