Market

Tak Becus Kelola Migas, Ekonom Sebut Kementerian ESDM Bangkrut

Ekonom dari Asosiasi Ekonomi dan Politik Indonesia (AEPI), Salamuddin Daeng menyebut, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam 10 tahun ini, boleh dibilang bangkrut. Terutama menyangkut pengelolaan minyak nasional.

“Apa itu bangkrut? Keadaan hari ini, lebih buruk ketimbang kemarin. Besok atau lusa, keadaannya lebih buruk lagi. Itu jelas bangkrut. Dan sudah terjadi di Kementerian ESDM,” kata Salamuddin, Jakarta, Sabtu (23/9/2023).

Apa buktinya? Dijelaskan, produksi minyak nasional saat ini, anjlok signifikan. Ironisnya, Kementerian ESDM yang dipimpin Arifin Tasrif hanya menontot, tak berbuat apa-apa. “Akibatnya, anggaran Kementerian ESDM dan sejolinya, yakni SKK Migas juga menurun. Besaram gaji, tunjangan dan uang yang dibawa pulang ke rumah juga turun. Harusnya memang demikian,” kata Salamuddin.

Dia mengatakan, apakah Kementerian ESDM mau mengikuti Arab Saudi, menurunkan produksi minyak agar harga minyak dunia stabil?

Jelas bukan. Karena, Indonesia saat ini adalah importir minyak terbesar di dunia. Impor minyak Indonesia hampir 2/3 dari konsumsi nasional. Bayangkan, produksi hanya 600 ribu barel sehari, sementara dibakar di jalanan 1,4 juta barel tiap hari.

“Pemerintahan ini memang tinggal beberapa bulan lagi, ayolah melangkah jangan berpangku tangan,” tuturnya.

Kata dia, Menteri Arifin selaku pimpinan di Kementerian ESDM cobalah bikin gebrakan agar produksi minyak nasional melejit. Lihat Blok Rokan yang selama ini begitu diagungkan namanya. Bahkan sering disebut Jokowi, setelah Blok Rokan lepas dari cehvron dan dikelola Pertamina.

“Jadi, Blok Rokan itu ikon nasionalisme. Karena setelah pindah dari Chevron, Presiden Jokowi sangat bangga atas hal itu. Buktikan bahwa Blok Rokan yang dibeli Pertamina, produksinya bisa melesat,” tuturnya.

“Jangan alasan transisi energi adalah agenda asing, lalu melamun dan hanya menonton impor minyak yang sudah lebih besar dari kemampuan produksi sendiri. Itu minyak dari asing juga,” imbuh Salamuddin. 

Back to top button