Hangout

Sering Jajan Tapi Tidak Sedekah, Gus Baha: Itu Sudah Sedekah

Sedekah merupakan ibadah yang mulia untuk mendapatkan pahala sekaligus membantu sesama untuk mencukupi kebutuhan. Namun bagaimana dengan orang yang tidak pernah sedekah, sedangkan orang tersebut sering jajan?

Mengenai hal ini, KH Bahauddin Nur Salim atau yang akrab disapa Gus Baha menjelaskan sedekah merupakan usaha pengabadian harta. Karena orang yang bersedekah akan dilipatgandakan balasannya oleh Allah SWT.

Dalam praktiknya, cara bersedekah pun berbeda-beda. Bahkan orang yang sering jajan sekalipun menurutnya sudah masuk kategori sedekah.

Pengasuh Pesantren Tahfidzul Qur’an Kabupaten Rembang ini menjelaskan, dengan jajan akan memberikan keuntungan kepada orang lain. Meski hanya memberi keuntungan penjual sebesar Rp200, dinilai lebih sopan daripada memberi uang secara cuma-cuma.

“Penjualnya senang, dagangannya laris dan dia tidak tersinggung. Daripada sedekah Rp2.000, penerima sedekah ada potensi tersinggung,” ucapnya.

Ulama ahli tafsir Alquran itu melanjutkan, apa yang disedekahkan itu akan menjadi abadi, setidaknya di akhirat nanti. Seperti halnya memberikan rezekinya ke masjid demi mendapatkan kemuliaan.

“Misalnya, dia (pengusaha) punya uang Rp1 miliar, karena dia spekulan atau pedagang rawan bangkrut, disedekahkan ke masjid Rp50 juta. Ya itu yang abadi. Jadi kalau suatu saat bangkrut, dia masih punya uang Rp50 juta di akhirat,” katanya.

“Jadi, Nabi mengajari sedekah itu pengabadian uang. Kalau kita kan nggak. Sedekah itu nguras uang. Itu cara berpikir setan, bukan cara berpikir umat Islam,” lanjutnya.

Kemudian ia menceritakan sebuah kisah, suatu ketika istrinya, Siti Aisyah memberikan jatah makan Rasulullah SAW kepada orang lain.

“Wahai Aisyah, makanan jatah saya di mana?” tanya Nabi.

“Wahai Rasulullah, tadi ada orang minta. Lalu, saya berikan. Makanan itu habis,” jawab Aisyah.

Mendengar hal itu Rasulullah SAW seraya menjawab, “Kamu salah, ‘Aisyah. Yang kamu kasihkan itu justru masih”.

Gus Baha kembali mencontohkan sedekah yang dilakukan Sayyid Ali Zainal Abidin bin Al Imam Husein bin Ali bin Abi Tholib.

Jika ada orang minta kemudian memberi, Sayyid Ali Zainal Abidin berkata,”Marhaban bi man hamala zaadi ilal aakhirah. Terima kasih, Anda yang sudah membawa bekal saya (menuju akhirat)”.

“Jadi, dianggap teller saja. Orang yang meminta kepada beliau itu dianggap teller bank. Karena sudah ditabungkan. Ya sudah,” tambah Gus Baha.

Back to top button