Hangout

Sejarah Sungai Ciliwung dan Fakta yang Jarang Diketahui

Dikenal sebagai dalang banjir ibu kota, ternyata sejarah Sungai Ciliwung di era Kerajaan Pajajaran sangat dihormati sebagai pusat kehidupan masyarakat setempat dan pusat transportasi dari Pakuan menuju pelabuhan ke Pantai Utara seperti Banten, Tangerang, dan Sunda Kelapa.

Sejarah Sungai Ciliwung

Sungai Ciliwung dengan Latar Belakang Gunung Salak di Abad Ke-19
Wikipedia

1.  Arti Nama Sungai Ciliwung

Nama Sungai Ciliwung berasal dari Bahasa Sunda, “Ci” berarti air dan “Haliwung” berarti keruh. 

Berdasarkan sejarah, Sungai Ciliwung tercatat sudah ada sejak masa Kerajaan Pajajaran. Dahulu, sungai ini memiliki lebar yang cukup luas dengan panjang aliran utama seluas 120 kilometer dengan area tangkapan air seluas 387 kilometer persegi. 

Karenanya, pada zaman dulu sungai ini sangat dihormati masyarakat Kota Batavia sebagai sumber ekonomi dan air minum penduduk.

2. Sungai Ciliwung Disebut sebagai ‘Ratu dari Timur’

Sekarang, Sungai Ciliwung memiliki warna kecokelatan dengan timbunan sampah di pesisir sungai. Tapi, pada Abad ke-19, Sungai Ciliwung terkenal dengan airnya yang sangat jernih.

Bahkan, kejernihan airnya membuat sungai ini mendapat julukan Ratu dari Timur di era Kerajaan. Bahkan Pemerintah Kolonial Belanda juga terpukau dengan kejernihan dan keindahan Sungai Ciliwung sampai mengambil alih pengelolaan sungai ke Kolonial Belanda.

3. Pemukiman Warga Semakin Meningkat

Pesona keindahan Sungai Ciliwung yang dikelilingi hutan-hutan mulai berubah secara perlahan. Setiap tahun hutan mulai digarap untuk memperluas lahan pemukiman warga dan infrastruktur. Sampai akhirnya, di tahun 1689 terlihat warna air aliran sungai Ciliwung cenderung keruh dan berlumpur di pancuran waduk di Pancoran.

4. Sungai Ciliwung Merupakan Pusat Kehidupan Masyarakat

Jasa Binatu Di Sungai Ciliwung - inilah.com

Sampai tahun 1960-an, Sungai Ciliwung masih terlihat jernih namun sudah tidak bisa digunakan untuk konsumsi. Walaupun begitu, Sungai Ciliwung tetap eksis di masyarakat sebagai tempat untuk kebutuhan rumah tangga, seperti mandi, mencuci pakaian, dan hajat keperluan lain.

Tidak hanya itu, sungai yang membentang luas ini juga dijadikan sumber pendapatan warga pada masanya. Warga bisa menawarkan jasa perahu untuk menyeberang, mengirim barang, pekerja eretan, sampai menawarkan jasa binatu.

5. Habitat Hewan Endemik

Dalam sejarah, Sungai Ciliwung tercatat lebih dari 270 ikan endemik hidup di sungai ini. Bahkan, ikan-ikan ini menjadi sumber konsumsi sampai pendapatan warga pada masanya.

Sayang, akibat perluasan pemukiman warga dan beragam aktivitas pencemaran lainnya, sekarang Sungai Ciliwung hanya memiliki 20 jenis ikan yang berada di sekitar Cianjur dan Bogor. 

Selain ikan, hewan-hewan khas bantaran seperti ular, bulus, kura-kura, sampai kupu-kupu hidup di sekitar Sungai Ciliwung yang dikelilingi oleh hutan.

Sedangkan di bagian muaranya terdapat buaya, burung bangau, dan berang-berang. Sayang, hewan-hewan ini sudah punah sehingga kita tidak bisa melihat keindahan alam dan satwa dari dekat.

Fakta Menarik Sungai Ciliwung yang Jarang Diketahui

Julukan “Ratu dari Timur” sudah mulai menghilang dan digantikan sebagai “Kuburan dari Timur” karena selalu menjadi dalang banjir yang menyebarkan berbagai penyakit kepada masyarakat sekitar.  Selain perubahan julukan ini, terdapat 5 fakta Sungai Ciliwung yang jarang diketahui banyak orang:

1.  Sungai Ciliwung Merupakan Benteng Pertahanan Kerajaan Pajajaran

Menurut seorang sejarawan yang bernama Bogor Saleh Danasasmita (1933-1986), Sungai Ciliwung merupakan satu dari empat benteng pertahanan di era Kerajaan Pajajaran (1482-1567).

Di era tersebut, Kerajaan Pajajaran bersikukuh dengan Kesultanan Banten. Bahkan disebutkan Kesultanan Banten membutuhkan 40 tahun untuk menembus Pakuan (Bogor) karena keberadaan Sungai Ciliwung.

Seusai masa kerajaan, Belanda mulai masuk ke Indonesia dan mengambil alih pengelolaan sungai kepada Kolonial Belanda.

Saat itu, Belanda merasa bahwa Ciliwung merupakan simbol penting, sehingga mereka merawat dan menjaga hulu Ciliwung dengan baik.

2. Lebih dari 100 Jenis Ikan Punah

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, di Sungai Ciliwung dulunya menyimpan ratusan jenis ikan yang bisa digunakan untuk konsumsi.

Sayangnya, seiring perubahan  zaman yang dimana banyak pembangunan pemukiman di sekitar membuat sungai ini tercemar dan merusak habitat ikan-ikan dan hewan endemik di sana.

Ironisnya, berdasarkan penelitian LIPI, dari 187 jenis ikan yang hidup di Sungai Ciliwung hanya menyisakan 20 jenis ikan. Ini berarti sekitar 92,5 persen ikan telah punah akibat pencemaran yang terus terjadi.

3. Hari Sungai Ciliwung

Tanggal 11 November diperingati sebagai Hari Ciliwung sejak tahun 2012. Alasannya, pada 11 November 2021 lalu telah ditemukan dua ekor bulus atau sejenis kura-kura yang sebelumnya sudah dianggap punah.

Dengan kehadiran hewan ini menunjukkan eksistensi hewan endemik di sekitar Ciliwung harus dijaga habitatnya.

4. Penumpukan Limbah dan Sampah di sungai Ciliwung

Kumpulan Sampah di Sungai Ciliwung - inilah.com

Sejarah Sungai Ciliwung terkenal sebagai sumber kehidupan warga karena memiliki air yang sangat jernih. Namun banyaknya aktivitas manusia yang merusak alam, Sungai Ciliwung yang terkenal dengan kejernihan airnya berubah menjadi kecoklatan akibat limbah dan sampah.

Bahkan, menurut Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, M.R. Karliansyah mengatakan kualitas air Ciliwung belum mencapai kelas II berdasarkan PP 82 Tahun 2001. 

“Pemulihan tidak bisa dilakukan pemerintah atau masyarakat saja, perlu kerja sama semua pihak,” ucap Karliansyah.

Ironisnya, selama program ‘Bebersih Ciliwung’ berlangsung, sebuah penelitian menemukan bahwa jumlah limbah rumah, limbah industri, ternak, pertanian, dan sampah yang ada di sungai Ciliwung menyimpan sebesar 54,4 ton BOD (Biological Oxygen Demand) per hari.

Padahal, kemampuan Sungai Ciliwung menampung beban pencemaran hanya berkisar 9,29 ton BOD per hari. Ini berarti bahwa kemampuan Sungai Ciliwung menampung limbah sudah melewati batas dan harus segera ditangani.

5. Dalam Prioritas Pemulihan oleh Pemerintah

Menyimpan limbah dan sampah yang berlebih membuat Sungai Ciliwung menjadi salah satu faktor penyebab banjir di sekitar Kota Bogor dan Jakarta.

Kondisi ini sangat serius, mengingat bencana banjir ini menyebabkan banyak kerugian untuk masyarakat dan memperlambat pergerakan ekonomi negara.

Akhirnya, Pemerintah Indonesia mulai memperhatikan Sungai Ciliwung dengan membuat program pemulihan di 15 sungai di seluruh daerah Indonesia. Seperti Sungai Asahan Toba, Siak, Musi, Cisadane, Citarum, Solo, Sekampung, Serayu, Kapuas, Moyo, Brantas, Limboto, Saddang, Jeneberang, dan Ciliwung.

Keseriusan pemerintah akan pemulihan sungai-sungai terlihat dari jumlah anggaran yang diberikan sangat besar, yakni Rp2 triliun. Dari anggaran tersebut diharapkan bisa membangun 65 bendungan di sekitar 15 Sungai yang menjadi sumber banjir di Indonesia.

Back to top button