Hangout

Sarjana Tak Perlu Lagi Skripsi, Begini Perbedaan Syarat Kelulusan Mahasiswa di Negara Maju

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Indonesia pada Selasa (29/8/2023) merilis kebijakan yang memberikan fleksibilitas kepada perguruan tinggi dalam menentukan bentuk tugas akhir mahasiswa. Langkah ini menimbulkan berbagai respons, baik dari dunia akademik maupun industri. Namun, bagaimana standar ini dibandingkan dengan negara lain?

Sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Nomor 53, perguruan tinggi di Indonesia kini memiliki kebebasan untuk menentukan bentuk tugas akhir mahasiswa, mulai dari skripsi, prototipe, hingga proyek. Kebijakan ini diharapkan dapat memfasilitasi berbagai minat dan bakat mahasiswa, serta memperkaya output akademik dan praktis.

Mungkin anda suka

Amerika Serikat: Keberagaman dalam Kelulusan

Mengutip laman Education Commission of the State, Di Amerika Serikat (AS), standar kelulusan sangat bervariasi antar universitas dan program studi. Beberapa program sarjana memang mensyaratkan thesis, tetapi banyak juga yang menawarkan opsi lain seperti capstone projects atau magang. Pada level pascasarjana, publikasi di jurnal ilmiah seringkali menjadi bagian dari persyaratan, terutama untuk program doktoral.

Di AS, nyatanya kata skripsi atau tesis tidak menjadi syarat wajib kelulusan bagi mahasiswa di sana. Syarat kelulusan bagi mahasiswa di AS biasanya dilakukan melalui ujian akhir berupa skripsi dan tesis, professional project, ataupun ujian komprehensif yang berbentuk ujian tulis.

Selain AS, Australia pun tidak menjadikan skripsi sebagai suatu syarat kelulusan. Bahkan, di sana, skripsi, tesis, ataupun penelitian tidak diberlakukan sama sekali sebagai bentuk syarat kelulusan.

Mahasiswa di Australia akan dianggap lulus apabila mereka telah menyelesaikan semua mata kuliah sesuai dengan kredit ataupun SKS yang mereka ambil. Dan untuk durasi jenjang S1 sendiri sebenarnya hampir sama seperti di Indonesia, yaitu selama 3-4 tahun.

Inggris: Fokus pada Tesis

Hampir sama dengan AS, Seperti yang dijelaskan oleh Kepala Departemen Komunikasi Doctoral Epistemic of Indonesian in United Kingdom (Doctrine-UK), Yohan Rubiyantoro, mayoritas program magister di Inggris tidak mewajibkan publikasi di jurnal. Namun, penulisan tesis tetap menjadi komponen utama dalam penilaian kelulusan.

“Kelulusan mahasiswa ditentukan dari nilai mata kuliah yang mereka ambil dan penulisan tesis di akhir semester,” kata Yohan dalam keterangannya, Rabu (30/8/2023).

Jerman: Integrasi dengan Industri

Di Jerman, banyak program studi, terutama di bidang teknik, yang mensyaratkan mahasiswa untuk melakukan magang atau proyek terapan sebagai bagian dari tugas akhir mereka. Ini mencerminkan hubungan erat antara dunia akademik dan industri di negara tersebut.

Kebijakan baru Indonesia ini membuka peluang bagi mahasiswa untuk lebih terlibat dalam proyek yang relevan dengan industri dan kebutuhan masyarakat. Namun, tantangannya adalah bagaimana memastikan bahwa fleksibilitas ini tidak mengorbankan kualitas pendidikan.

Menteri Pendidikan Nadiem Makarim menegaskan, “Keputusannya ada di perguruan tinggi. Perguruan tinggi menilai sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi dalam bentuk proyek atau prototipe,” ungkapnya.

Dengan perbandingan ini, tampaknya Indonesia sedang berupaya menyesuaikan diri dengan kebutuhan zaman yang lebih dinamis, sekaligus mempertahankan kualitas akademik yang tinggi.

Back to top button