News

Rusia Menyerang di Depan Pintu NATO, Eskalasi Bakal Lebih Berbahaya

Peperangan udara di Ukraina melebar menjadi konflik NATO-Rusia tampaknya tak terelakkan. Kedua pihak yang berduel masing-masing melewati garis merah dalam seminggu terakhir, sehingga berpotensi besar mendorong eskalasi yang berbahaya.

Pada 19 Juli 2023, Ukraina melewati garis merah ketika untuk pertama kalinya menyerang Krimea dengan rudal jelajah Storm Shadow jarak jauh yang dipasok Inggris. Sebagai pembalasan, pada 24 Juli 2023, Rusia melewati garis merah ketika menyerang pelabuhan Reni Ukraina di Danube, dekat Rumania, sebuah negara NATO.

Analis militer yang juga pensiunan pilot IAF Jaguar Indie, Vijainder K Thakur mengetakan pada 19 Juli, Ukraina menyerang depot amunisi di selatan lapangan terbang di Krimea Timur. Menurut saluran militer Rusia Rybar, serangan itu adalah penggunaan rudal Storm Shadow pertama Ukraina melawan Krimea. Inggris mentransfer lot pertama dari rudal jelajah Storm Shadow dengan jangkauan 250 km pada Mei 2023 untuk memberikan kemampuan jarak jauh kepada pasukan Kyiv dalam mendukung serangan pada musim semi.

“Sejak itu, Ukraina telah secara ekstensif menggunakan rudal terhadap target Rusia di wilayah Ukraina yang sekarang berada di bawah kendali Rusia, tetapi tidak pernah menyerang Krimea. Rusia menganggap Krimea sebagai bagian integral dari Rusia, bukan wilayah Ukraina yang kemudian memilih untuk beralih kesetiaan ke Rusia,” kata Vijainder K Thakur, mengutip Eurasian Times, kemarin.

Seperti diketahui, pada 1954, pemimpin Soviet Nikita Krushchev menyerahkan Krimea ke Ukraina. Ukraina dan Rusia saat itu adalah negara anggota Uni Soviet. Pada tahun 2014, setelah referendum yang menghasilkan 83% jumlah pemilih, 97% pemilih Krimea memilih untuk bergabung kembali dengan Rusia.

Setelah memperoleh rudal Storm Shadow, Ukraina menggunakan drone udara dan maritim buatan sendiri untuk menyerang sasaran di Krimea. Ukraina memang memiliki dua rudal dengan jangkauan untuk mencapai Krimea yang dapat menghasilkan dampak destruktif.

Keduanya yakni rudal balistik Grom-2 yang dikembangkan di dalam negeri dan rudal pencegat dari sistem pertahanan udara jarak jauh S-200, yang telah diubah Ukraina untuk menyerang daratan. Namun, kedua rudal tersebut terkenal tidak akurat. Grom-2, rudal yang baru dikembangkan, kemungkinan ditarik dari layanan oleh Ukraina dua bulan lalu karena tidak dapat diandalkan.

Serangan kedua rudal Storm Shadow

Pada 22 Juli 2023, Ukraina menyerang Krimea untuk kedua kalinya dengan rudal Storm Shadow. Dua pesawat pembom tempur Su-24 Ukraina dilaporkan menembakkan dua rudal jelajah Storm Shadow ke Desa Oktyabrskoye di Distrik Krasnogvardeisky di semenanjung Krimea. Kementerian Pertahanan Rusia (RuMoD), dalam laporannya pada 22 Juli, menyatakan bahwa pasukan Rusia telah menjatuhkan satu rudal jelajah Storm Shadow tanpa menyebutkan area intersepsinya.

Pada pagi hari tanggal 24 Juli, menurut Rybar, Ukraina menghantam depot amunisi dan pangkalan perbaikan di Krimea dengan rudal jelajah Storm Shadow. Saluran militer Rusia lainnya melaporkan bahwa targetnya bukanlah depot amunisi tetapi area terbuka.

Pernyataan RuMoD yang melaporkan peristiwa itu menyatakan bahwa pada malam tanggal 24 Juli, Ukraina menyerang fasilitas di wilayah semenanjung Krimea dengan tujuh belas kendaraan udara tak berawak. Pasukan Pertahanan Udara Rusia menggagalkan upaya tersebut.

Berikutnya, pada dini hari tanggal 25 Juli, menurut Rybar, pembom Su-24M Ukraina menyerang Krimea dengan tiga rudal jelajah Storm Shadow. Targetnya adalah tempat berkumpulnya kendaraan yang rusak di area Kremnevka di utara Simferopol. Tiga peralatan mengalami kerusakan akibat rudal jelajah ini.

Storm Shadow Missiles/Wikimedia Commons

Serangan Rusia di depan pintu NATO

Masih menurut K Thakur, Rusia juga telah melakukan serangan terhadap infrastruktur pelabuhan Ukraina di Danube. Serangan ini terutama dimaksudkan untuk memastikan bahwa Ukraina tidak dapat melanjutkan ekspor biji-bijiannya menyusul penarikan Rusia pada 17 Juli dari perjanjian koridor laut yang ditengahi PBB yang memungkinkan pengiriman biji-bijian Ukraina dengan aman. Alur perdagangan biji-bijian Ukraina terpaksa berputar di saluran Danube.

Aksi Rusia itu dilaporkan memblokir setidaknya 50 kapal kargo yang berlabuh di Sungai Danube antara Ukraina dan Rumania, dengan sebagian besar dari mereka menunggu pelabuhan Reni dan Izmail di wilayah Odesa dibuka kembali untuk pengiriman biji-bijian.

Serangan itu juga merupakan pembalasan terhadap NATO yang melintasi garis merah dengan serangan Storm Shadow di Krimea. Serangan itu juga membawa pesan militer yang kuat – Rusia tidak akan melakukan pengekangan sepihak untuk menghindari konfrontasi langsung antara NATO dan Rusia.

Ukraina memiliki banyak titik rawan lain yang belum diserang Rusia karena kedekatannya dengan perbatasan NATO, sehingga lebih banyak serangan serupa dapat menyusul di kemudian hari.

Rusia dinilai lemah

Banyak saluran militer Rusia di Telegram mengkritik ketidakmampuan pasukan pertahanan udara Rusia untuk menembak jatuh rudal Storm Shadow yang menyerang Krimea. Ketidakmampuan mungkin lebih berkaitan dengan fakta pertempuran daripada ketidakmampuan pasukan Rusia.

Krimea memiliki beberapa target bentangan geografis yang luas dan nilai strategis yang perlu dilindungi Rusia untuk mempertahankan kredibilitasnya sebagai kekuatan militer yang besar. Ini termasuk Jembatan Kerch, Pangkalan Angkatan Laut Sevastopol, dan Pangkalan Udara Saky. Serangan yang berhasil pada target-target ini akan lebih merusak prestise daripada kemampuan militer Rusia.

Pangkalan Angkatan Laut Sevastopol adalah pangkalan utama Armada Laut Hitam, dengan perkiraan 15.000 personel berada di tempat itu. Sementara Pangkalan Udara Saky, yang terletak di sisi barat Krimea, adalah rumah bagi Resimen Penerbangan Serangan Angkatan Laut Independen ke-43 Angkatan Laut Rusia, yang menerbangkan 12 Su-30SM, 6 Su-24M, dan 6 Su-24MR.

Perlindungan target-target ini kemungkinan diprioritaskan daripada target lain di Krimea. Seperti kekuatan besar dunia lainnya, Rusia tidak memiliki sumber daya untuk melindungi semua kemungkinan target di wilayahnya.

Rudal yang menargetkan Krimea dapat menghindari deteksi dengan lebih baik dengan terbang di atas laut saat mendekati target. Saat berada di perairan yang tenang, misil semacam itu dapat terbang serendah 50 kaki, secara harfiah meluncur di permukaan laut.

Kombinasi cakrawala radar rendah dan kekacauan karena gelombang laut memperpendek jangkauan deteksi radar ke tingkat di mana pelacakan berkelanjutan dari rudal Storm Shadow lebih sulit dilakukan. Sebenarnya jika Rusia memiliki lebih banyak sistem pesawat peringatan udara dini dan kontrol atau AWACS untuk berpatroli, mempertahankan Krimea dari Storm Shadows tidak akan sesulit sekarang.

Keuntungan Ukraina semakin diperkuat dengan kehadiran aset Intelligence, Surveillance and Reconnaissance atau ISR lintas udara AS/NATO, yang dapat terbang di dekat semenanjung Krimea pada ketinggian. Aset ini dapat memastikan bahwa Storm Shadows tidak berada dalam jangkauan deteksi radar kapal perang Rusia. Selain itu, mereka dapat memantau status sistem pertahanan udara Rusia dengan lebih baik dan dengan demikian mengeksploitasi setiap celah yang timbul dari TBD (Kerusakan Teknis).

Serangan Ukraina akan berlanjut

Vijainder K Thakur melihat keberhasilan serangan Storm Shadow Ukraina ini menunjukkan bahwa kesuksesan tersebut akan bertahan lama. Setidaknya selama Rusia tidak dapat menerapkan AWACS yang cukup, yang bisa memakan waktu puluhan tahun. Rusia dapat mengurangi tingkat keberhasilan Storm Shadows dengan mengerahkan kapal perang yang lebih kecil dengan sistem pertahanan udara di Laut Hitam, asalkan Rusia mampu melakukannya.

Berdasarkan keberhasilan serangan Ukraina, kemungkinan frekuensinya akan meningkat. Dengan serangan tersebut, Ukraina seolah-olah berusaha menghancurkan fasilitas belakang yang penting dan meningkatkan moral para prajurit sebelum mengirim mereka untuk menyerbu posisi Rusia. Tapi niat nyata Ukraina mungkin melibatkan NATO dalam konflik melalui eskalasi Rusia.

Menurut K Thakur, Rusia kemungkinan akan bertahan dengan serangan balasannya terhadap target yang dekat dengan perbatasan NATO karena kebutuhan untuk memutuskan jalur pasokan logistik pada titik masuknya mereka ke Ukraina. Juga, jika Rusia tidak membalas, hanya masalah waktu sebelum Ukraina mulai menyerang Krimea dengan ATACMS terlebih dahulu dan kemudian F-16.

“Akhirnya, Ukraina dapat mulai mencapai sasaran di daratan Rusia di luar Krimea, menggunakan peralatan NATO dan tentara bayaran yang dilatih NATO. Jika Rusia terus melakukan serangan di dekat perbatasan NATO, hanya masalah waktu sebelum drone atau rudal Rusia memasuki wilayah udara NATO,” tambahnya.

Hanya saja jika NATO memaafkan serangan balik dari Ukraina di Krimea hanya untuk memaksa lebih banyak kompromi Rusia untuk merundingkan perjanjian damai, tentu ini adalah permainan yang berbahaya. Eskalasi peperangan akan meningkat dan meluas menjadi konflik nyata NATO dan Rusia.

Back to top button