Market

Rupiah Keok Khawatirkan Pengetatan Kebijakan Moneter AS

Pelaku pasar mengkhawatirkan potensi kebijakan moneter Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed yang lebih ketat. Imbasnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin (13/2/2023) melemah.

Kurs rupiah pada Senin ditutup merosot 71 poin atau 0,47 persen ke posisi Rp15.205 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp15.134 per dolar AS.

“Sejak rilis data Non Farm Payroll AS bulan Januari di minggu pertama bulan Februari lalu yang hasilnya lebih dari dua kali ekspektasi pasar, pelaku pasar kembali mewaspadai kalau-kalau kebijakan moneter AS akan kembali lebih ketat,” kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra seperti dikutip Antara di Jakarta, Senin (13/2/2023).

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan Jumat (3/2/2023) bahwa data ketenagakerjaan nonpertanian (Non Farm Payroll) meningkat 517.000 pada Januari, jauh lebih baik dari yang diharapkan 187.000.

Ariston menuturkan membaiknya situasi ketenagakerjaan AS berpotensi meningkatkan konsumsi dan berujung pada kenaikan inflasi. Padahal inflasi AS masih jauh dari target dua persen. Inflasi tinggi tersebut yang berusaha diturunkan oleh The Fed dengan cara mengetatkan kebijakan moneternya.

Pelaku pasar akan mengonfirmasi ekspektasi tersebut dengan data inflasi konsumen dan penjualan ritel AS bulan Januari yang akan dirilis pada Selasa dan Rabu malam.

“Kebijakan moneter AS yang lebih ketat biasanya memicu penguatan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya,” ujarnya.

Di sisi lain, menurut Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF), perekonomian global tahun ini diperkirakan tidak seburuk perkiraan tahun lalu. Ekonomi China yang mulai aktif kembali usai dilepasnya kebijakan pembatasan, mendukung ekspektasi tersebut.

Hal itu mendorong pelaku pasar masuk kembali ke aset-aset berisiko dan bisa menahan pelemahan harga yang terjadi di aset-aset berisiko saat ini, termasuk rupiah.

IMF menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global dari 2,7 persen menjadi 2,9 persen pada tahun 2023 berkat pembukaan kembali perekonomian China.

Sementara dari dalam negeri, ekspektasi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 yang di atas 5 persen juga membantu menahan pelemahan rupiah.

Rupiah pada pagi hari dibuka turun ke posisi Rp15.207 per dolar AS. Sepanjang hari rupiah bergerak di kisaran Rp15.191 per dolar AS hingga Rp15.234 per dolar AS.

Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Senin melemah ke posisi Rp15.216 per dolar AS dibandingkan posisi sebelumnya pada Jumat (10/2/2023) Rp15.140 per dolar AS.

Back to top button