News

Remehkan Kualitas Alutsista Bekas, Anies-Ganjar Dinilai Salah Kaprah


Alustista bekas sedang jadi sorotan beberapa waktu belakangan, usai capres nomor urut 1 Anies Baswedan dan capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo secara kompak mengkritik rencana pembelian alutsista bekas oleh capres nomor urut 2 Prabowo Subianto, yang masih aktif menjabat sebagai menteri pertahanan.

Direktur Utama PT LEN Industri, yang merupakan induk industri pertahanan BUMN DEFEND ID, Bobby Rasyidin menjelaskan kualitas alat utama sistem persenjataan (alutsista) tidak dilihat dari kondisinya yang baru atau bekas.

Ia menyatakan ada tiga aspek yang jadi pertimbangan dalam pembelian alutsista. Yakni kelayakan operasi, kelayakan tempur dan kelayakan di sisi keselamatan.

Bobby menegaskan penilaian buruk terhadap pembelian alutsista bekas itu menjadi salah kaprah jika tidak memahami tiga aspek tersebut. Lanjut Bobby, beberapa alutsista, misalnya kapal perang, memang dirancang untuk berumur panjang sampai 100 tahun.

“Yang berubah cepat itu adalah sistemnya, karena makin ke sini perang itu bukan perang fisik lagi, tetapi perang elektronika, seperti platform yang namanya perawatan program,” kata dia dalam diskusi bertajuk “Membangun Kekuatan Pertahanan di Kawasan” di Jakarta, Jumat (12/1/2024).

Dia mencontohkan perang antara Rusia dan Ukraina dalam beberapa tahun terakhir pun menunjukkan beberapa alutsista yang usianya cukup tua tetapi masih dikerahkan, misalnya pesawat tempur Sukhoi SU-27 yang dibuat sekitar tahun 1976-1978.

“Ketika bicara alutsista yang sudah berumur, lihat perang Rusia-Ukraina, itu (alutsistanya) masih layak tempur. Kalau kita lihat lagi, Global Military Index, nomor satu ini Israel, perang dengan Hamas dia pakai tank Merkava (buatan) tahun 1978, sudah 45 tahun usianya; yang terpenting dia merawat strukturnya,” ujar Bobby.

Diketahui, isu pembelian alutsista bekas menjadi sorotan dalam beberapa hari terakhir setelah Debat Ketiga Capres Pemilu 2024 yang mengangkat tema pertahanan, keamanan, geopolitik, hubungan internasional, dan globalisasi.

Prabowo, dalam sesi debat itu, menjelaskan pembelian alutsista bukan perkara baru atau bekas, tetapi kelayakan dalam beroperasi, misalnya kemampuan pesawat tempur yang dilihat dari jam terbangnya (flying hour).

Back to top button