News

Publik Diingatkan Tak Golput Saat Pemilu, Akademisi: Pilih Sesuai Hati Nurani


Pengamat Politik yang juga akademisi dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin menilai golongan putih atau golput akan memunculkan permasalahan politik dan terhadap pembangunan bangsa.

“Golput itu bukan pilihan, golput itu bentuk ketidakpedulian dan kekecewaan yang justru akan menimbulkan masalah politik dan berdampak terhadap pembangunan bangsa,” kata Ujang saat dihubungi di Jakarta, Kamis (21/12/2023).

Ia menjelaskan, sikap apatis yang diimplementasi melalui golput justru tidak akan menyelesaikan persoalan. Sebab, tidak ada kepedulian terhadap nasib bangsa ke depan.

Oleh karena itu, kata Ujang, sekurang apa pun kandidat capres dan cawapres yang saat ini ditawarkan, tetap harus dipilih sesuai hati nurani dan rasionalitasnya. “Pilih yang terbaik dari yang ada menurut hati dan rasionalitas,” kata Ujang.

Ia pun mengingatkan kembali fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang menyatakan bahwa praktik golput itu haram. Dengan begitu,  hukumnya berdosa jika dilakukan. “Artinya, bagi umat Islam terikat dengan fatwa MUI tersebut, ya kalau golput dan diam diri di rumah tidak memilih ya haram. Berdosa,” katanya.

Selain itu, praktek golput dinilai juga berpengaruh terhadap legitimasi pemilu. Jika partisipasi pemilih rendah, maka pemilu tersebut juga dapat dianggal gagal. “Dalam konteks ini, legitimasi capres cawapres yang terpilih pun akan rendah. Oleh karena itu, tingkat partisipasi itu penting,” kata Ujang menegaskan..

Oleh karena itu, dia mengimbau publik untuk datang ke tempat pemungutan suara pada 14 Februari 2024 mendatang untuk menyalurkan hak pilihnya. “Jika golput jangan salahkan jika akan mengalami kerugian jika di kemudian hari sosok yang terpilih menjadi pemimpin mengeluarkan kebijakan yang tidak sesuai harapan.”

Back to top button