News

Profil Jendral Dudung Abdurachman, dari Loper Koran Menjadi KSAD

Kebakaran hebat melanda puluhan hektare lahan perkebunan sawit di Desa Ramin, Muaro Jambi. Lahan terbakar sudah mencapai 36,5 hektare. 

KSAD Jenderal Dudung Abdurachman turun tangan memadamkan kebakaran bersama Gubernur Jambi Al Haris. Kebakaran sudah berlangsung selama berhari-hari. 

Jenderal Dudung tanpa ragu mendekati beberapa titik asap yang masih timbul di lahan gambut dan menyemprotkan air.

Dudung juga melakukan patroli udara menggunakan dua helikopter melihat daerah yang terbakar

Profil Jenderal Dudung

Dudung Abdurachman merupakan seorang jenderal bintang empat yang saat ini sedang menempati posisi sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD). 

Pria kelahiran Bandung, 19 November 1965 ini menjabat KSAD sejak 17 November 2021 lalu. 

Alumni Akademi Militer (Akmil) 1988 ini pernah menempati sejumlah jabatan strategis. Seperti Danrindam II/Sriwijaya (2011), Wakil Asisten Teritorial (Waaster) Kasad (2017-2018), Gubernur AKMIL (2018-2020), Pangdam Jaya, serta Pangkostrad.

Sepanjang karirnya Dudung berhasil meraih tujuh bintang kehormatan yang tersemat dalam seragamnya. Di antaranya Bintang Dharma, Kartika Eka, dan Bhayangkara Utama

Saat menjabat Pangdam Jaya, nama Dudung dengan cepat melambung dan menjadi buah bibir masyarakat lantaran memerintahkan anak buahnya mencopoti baliho Habib Rizieq Shihab pada September 2020. 

Pernah Jual Koran dan Kue

Perjalanan karir Dudung hingga menjadi orang nomor satu di TNI AD didapatnya dengan perjuangan berat, keringat dan air mata. Siapa menyangka Dudung pernah menjadi penjual kue dan berdagang koran.

Kisah hidupnya berjualan kue itu pula yang mengantarkannya masuk sekolah tentara. 

Semua itu diawali ketika Dudung masih menapaki usia remaja. Saat itu, Dudung harus membantu memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Sebab, ayahnya meninggal dunia saat Dudung masih SMP pada 1981.

Anak keenam dari delapan bersaudara itu harus membantu ibunya mencari uang dengan berjualan kue dan koran. Kue klepon buatan ibunya dijajakan di lingkungan Kodam III/Siliwangi, Jawa Barat. Dudung sengaja memilih sekolah di siang hari supaya ia bisa membantu ibunya.

Lantaran hampir setiap hari mengantar kue, Dudung akhirnya dikenal oleh tentara yang berjaga di depan pintu. Ia kerap menyelonong masuk ke dalam ruangan. 

Namun, suatu hari, ketika hendak mengantarkan kue, penjaga yang bertugas merupakan tentara baru yang belum mengenal Dudung. 

Mendapati Dudung yang menyelonong masuk tanpa melapor, penjaga itu geram. Ditendanglah kue-kue yang dibawa Dudung hingga berhamburan. Saat itulah, muncul keinginan Dudung untuk menjadi perwira tinggi.

 

Baca berita dan artikel menarik lain Inilah.com di Google News.
 

Back to top button