Tahun depan, salah satu tantangan berat yang harus dihadapi tim ekonomi pemerintahan Jokowi, masih sama. Kenaikan harga alias inflasi, khususnya bahan pokok.
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Juda Agung mengatakan, pihaknya menargetkan inflasi bisa terjaga di kisaran 1,5 persen hingga 3,5 persen pada 2024. Harga pangan menjadi pekerjaan rumah (PR) besar yang akan dihadapi.
“Kalau tahun ini, kami optimis tingkat inflasi dalam negeri terkendali sesuai target 2 persen-4 persen. Pada November 2023, inflasi meningkat ke level 2,86 persen secara tahunan. Bulan sebelumnya 2,56 persen,” paparnya, Jakarta, Selasa (26/12/2023). .
Juda mengatakan, peningkatan tersebut utamanya masih dipengaruhi oleh inflasi pangan atau komponen harga bergejolak (volatile food). “Ini yang menjadi PR kita ke depan bagaimana tetap mengendalikan harga-harga pangan,” kata Juda.
Dikatakan bahwa pengendalian inflasi, khususnya pangan, akan terus digalakkan melalui Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP/TPID).
Sebelumnya, ekonom LPEM FEB-UI, Teuku Riefky menyampaikan bahwa laju inflasi saat ini, terjaga dalam koridor target BI yaitu tadi, kisaran 2-4 persen. Daya beli masyarakat cukup terjaga seiring inflasi yang tercatat 1,87 persen secara tahunan pada November 2023.
Namun demikian, Riefky mengingatkan, tekanan bakal meningkat terhadap harga pangan, pada tahun depan. Kemungkinan, daya beli masyarakat bakal melemah.
Meski pemerintah telah berhasil menjaga harga beras, melalui importasi, namun diperlukan kebijakan lanjutan.
Seiring dampak El-Nino yang menyebar ke berbagai komoditas lainnya. “Kondisi ini menjadi tantangan dalam pengelolaan inflasi mengingat dampak El-Nino diperkirakan masih akan berlanjut hingga awal tahun depan,” kata Riefky.
Hingga akhir 2023, Riefky memperkirakan inflasi masih akan dalam batas koridor target BI, palin tinggi 3% persen. Perkiraan ini seiring pola musiman, di mana peningkatan konsumsi terjadi saat libur akhir tahun.
