Market

Potret Kemiskinan, Pengangguran dan Kenaikan Harga Beras di Era Jokowi


Sembilan tahun Presiden Jokowi berkuasa, angka kemiskinan hanya turun 1,8 juta orang. Sedangkan pengangguran turun 1,44 juta orang. Sedangkan harga beras melonjak sekitar 35 persen. Apakah ini keberhasilan?

Jumlah orang miskin per September 2014, atau sebulan sebelum Jokowi dilantik sebagai presiden, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sebanyak 27,73 juta orang. Atau 10,96 persen. Kala itu, ekonomi Indonesia tumbuh 5,01 persen dengan jumlah pengangguran 9,3 juta orang, atau 5,9 persen.

Tahun pertama Jokowi berkuasa, angka kemiskinan naik menjadi 28,51 juta orang atau 11,13 persen. Seiring dengan anjloknya pertumbuhan ekonomi di level 4,88 persen.

Dan, angka pengangguran per Agustus 2015 naik menjadi 6,18 persen atau setara  7,56 juta orang,

Bagaimana di akhir periode pertama Jokowi? Catatan BPS per September 2019,  jumlah penduduk miskin turun menjadi 24,79 juta orang. Atau setara 9,22 persen.

Sedangkan jumlah pengangguran pada Agustus 2019, sebanyak 7,05 juta orang (5,23 persen). Sepanjang 2019, pertumbuhan ekonomi nasional tak beda jauh dibanding saat Jokowi baru berkuasa, yakni 5,02 persen.

Menarik untuk mencermati pergerakan harga pangan, khususnya beras yang bersifat strategis. Pada Desember 2014, harga beras premium berada di kisaran Rp9.018/kilogram (kg). Sedangkan harga beras medium Rp8.992,57/kg. Dan, beras kualitas rendah dipatok Rp8.412,28/kg.

Pada Desember 2019, BPS mencatat harga beras premium Rp9.838/kg, beras medium Rp9.566/kg dan beras berkualitas rendah Rp9.253/kg.

Jika dibuat perbandingan harga beras pada Desember 2014 dengan Desember 2019, ada kenaikan. Untuk beras premium, medium dan berkualitas rendah, masing-masing naik 8,33 persen; 5,88 persen dan 9,08 persen.

Lanjut di periode dua Jokowi, jumlah kemiskinan per September 2019, menurut BPS sebanyak 24,79 juta (9,22 persen). Dengan angka pertumbuhan ekonomi yang tak beda jauh dibanding saat Jokowi baru berkuasa, yakni 5,02 persen.

Pada 2020, pandemi COVID-19 muncul berdampak kepada melejitnya angka pengangguran menjadi  9,77 juta orang (7,07 persen).

Pun dengan pertumbuhan ekonomi pada 2020 anjlok hingga 2,07 persen. Sedangkan jumlah orang miskin per September 2023, menebal hingga 27,55 juta orang.

Tahun kedua pandemi COVID-19, BPS mencatat jumlah penduduk miskin turun menjadi 26,50 juta orang, per September 2021. Angka pengangguran per Agustus 2021 ikut turun menjadi  9,10 juta orang. Sedangkan pertumbuhan ekonomi naik, meski masih di bawah 5 persen, yakni 3,69 persen.

Setahun kemudian, perekonomian melejit hingga 5,3 persen. Jumlah penduduk miskin per September 2022 pun turun menjadi 26,36 juta orang. Sedangkan jumlah pengangguran  per Agustus  2022, turun menjadi 8,4 juta orang (5,86 persen).

Per Agustus 2023, BPS mencatat jumlah pengangguran di Indonesia turun lagi menjadi 7,86 juta orang. Atau 5,3 persen dari total 147,71 juta angkatan kerja, atau 3,69 persen dari total 212,59 juta penduduk usia kerja.

Tahun ini, angka pertumbuhan ekonomi (sementara) berada di kisaran 4,94 persen. Adanya Nataru 2024 effect diharapkan bisa mendorong ke level 5 persen. Sedangkan jumlah penduduk miskin, BPS mencatat sebanyak 25,9 juta orang per Maret 2023.

Tahun ini, harga beras paling banyak dikeluhkan karena naiknya tinggi sekali. Untuk beras premium dibanderol Rp15.210/kg, sedangkan beras medium Rp14.800/kg. Kalau dibandingkan dengan harga beras 2019. terjadi kenaikan untuk beras premium naik 35,31 persen, sedangkan beras medium naik 35,36 persen. Jadi, memang benar-benar mahal. 

Back to top button