Arena

Perpisahan DFB dengan Adidas Picu Polemik Nasionalisme di Jerman


Keputusan Asosiasi Sepak Bola Jerman (DFB) untuk mengganti pemasok seragam dan perlengkapan olahraganya dari Adidas ke Nike telah menimbulkan gelombang kritik dari pemerintah Jerman, memicu debat tentang nilai patriotisme dalam konteks keputusan bisnis. Diumumkan pada Kamis (21/3), langkah ini mengakhiri kemitraan historis yang telah berlangsung sejak tahun 1950-an, yang juga mencakup kemenangan Jerman di Piala Dunia 1954.

Menteri Ekonomi Robert Habeck menyatakan kekecewaannya, menekankan betapa Adidas, dengan tiga garis khasnya, telah menjadi ikon yang tidak terpisahkan dari jersey tim nasional Jerman, simbol persatuan dengan warna bendera negara. 

“Saya sulit membayangkan jersei Jerman tanpa tiga garis,” ujarnya kepada AFP. “Bagi saya, Adidas dan hitam-merah-emas selalu menyatu,” tambah Habeck, menggarisbawahi ekspektasi untuk lebih banyak patriotisme dari DFB, terutama di masa ekonomi yang sulit.

Sementara itu, Menteri Kesehatan Karl Lauterbach menyebut pergantian ini sebagai “keputusan yang salah” melalui akun X-nya, dengan mengklaim bahwa “perdagangan telah menghancurkan tradisi.” Kritik ini menyoroti dilema antara mempertahankan warisan lama dan mengejar kesepakatan finansial yang lebih menguntungkan.

DFB, dalam pernyataan resminya, mengakui sifat emosional dari keputusan tersebut dan menggambarkannya sebagai “titik balik” setelah lebih dari tujuh dekade kemitraan dengan Adidas. Asosiasi tersebut berargumen bahwa kesepakatan dengan Nike, yang akan berlangsung hingga 2034 dan dilaporkan bernilai sekitar 100 juta euro per tahun—dua kali lipat dari nilai kontrak dengan Adidas—adalah “tawaran finansial terbaik” yang diterima.

Keputusan DFB untuk beralih ke Nike terjadi menjelang Jerman menjadi tuan rumah Euro 2024, yang akan dimulai pada bulan Juni, menambah berat konsekuensi dari pergantian ini. 

Dengan kontrak baru ini, DFB berharap dapat memenuhi komitmennya terhadap pengembangan sepak bola Jerman, menunjukkan bahwa motivasi di balik keputusan tersebut tidak hanya finansial tetapi juga strategis untuk masa depan sepak bola di negara tersebut.

Back to top button