Market

Pengamat Pertanyakan Pergantian Komisaris dan Direksi PGN Saat Tidak Sedang Baik-baik Saja

Keputusan kementerian BUMN merombak susunan direksi dan komisaris PT Perusahaan Gas Negara (Persero/PGN) ketika perusahaan dalam keadaan kahar (force majeure), dipersoalkan.

Pengamat Migas, Yusri Usman mengatakan, perombakan direksi dan komisaris PGN yang diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 14 November 2023, terkesan sangat dipaksakan. Bukan tidak mungkin ada udang di balik batu, ada maksud yang disembunyikan. 

“Menariknya, RUPSLB PGN, dilakukan tujuh hari setelah Corsec PGN, Rahmat Hutama mengumumkan ke media tentang force majeure alias kondisi kahar di PGN. Terkait pelaksanaan Master Sale Agreement (MSA) dan Confirmation Notice (CN) untuk kargo LNG dengan Gunvor Pte Ltd Singapore ke OJK, pada 3  November 2023,” kata Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (Ceri) itu, Senin (20/11/2023).

Dalam RUPSLB PGN itu, eks Menteri BUMN Arcandra Tahar dicopot dari jabatan komisaris utama (Komut). Digantikan mantan Kepala SKK Migas, Amien Sunaryadi.

Serta menunjuk Abdullah Aufa Fuad sebagai komisaris independen, menggantikan Paiman Raharjo. Di mana, Aufa adalah alumni Fisika Universitas Airlangga yang menjabat staf khusus milenial Presiden Jokowi.  

Selain merombak jajaran komisaris, sejumlah direksi PGN ikut dikocok ulang. Posisi direktur infrastruktur dan teknologi PGN beralih dari Achmad Muchtasyar ke Harry Budi Sidharta. Direktur Sales dan Operasi PGN berpindah dari Faris Azis ke Ratih Esti Prihatini.

Dan, jabatan direktur strategi dan pengembangan bisnis yang ditinggal Harry Budi Sidharta, diemban Rosa Permata Sari yang sebelumnya menjabat Direktur Teknik dan Operasi Pertagas.

Kira-kira sebulan sebelum RUPSLB itu, tepatnya 20 September 2023, kata Yusri, Menteri BUMN Erick Thohir mencopot Amin Sunaryadi dari jabatan Komut PLN. Dirinya digantikan mantan Menkeu dan Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo.

Yang mengejutkan, Arcandra didapuk sebegai komisaris independen PLN. artinya, Arcandra sempat rangkap jabatan, yakni Komut PGN dan komisaris independen PLN.

“Banyak kalangan menduga, perpindahan posisi Acandra Tahar dari PGN ke PLN, adalah hadiah. Setelah dia berhasil meninggalkan masalah kontrak LNG dengan Gunvor yang berpotensi merugikan PGN. Ini yang kita pertanyakan,” tandasnya.

Sementara itu, Sekretaris Perusahaan PGN Rachmat Hutama mengatakan bahwa pergantian posisi sesuai keputusan RUPSLB, adalah hal biasa. Semuanya untuk meningkatkan kinerja perseroan.

“Bergabungnya Pak Amien, Pak Abdullah, Bu Rosa dan Bu Ratih di PGN, diharapkan dapat memperkokoh kinerja dewan komisaris, direksi, dan manajemen PGN. Khususnya mengarahkan PGN sebagai subholding gas Pertamina,” kata Rachmat.

Back to top button