Market

Pengamat Ketenagakerjaan Ingatkan Dampak Boikot Produk Terafiliasi Israel

Pengamat Ketenagakerjaan Universitas Gadjah Mada (UGM), Tadjuddin Noer Effendi mengingatkan, dampak boikot produk yang diduga terafiliasi Israel, memicu angka pengangguran. Karena banyak perusahaan terpaksa lakukan pemutusan hubungan kerja alias PHK. .

Dia mengatakan pengusaha-pengusaha Indonesia tidak ada hubungannya sama sekali dengan yang disebutkan sebagai penyumbang dana atau pendukung agresi Israel ke Palestina.

“Pengusaha Indonesia itu hanya membeli license. Memang namanya nama Amerika, tetapi kan sebetulnya sudah dimiliki katakanlah Indonesia. Kemudian itu diboikot, dan kalau mereka tutup akan terjadi PHK. Yang rugi kita sebenarnya seperti itu,” kata Tadjuddin, Jumat (16/11/2023).

Untuk iutu, lanjutnya, masyarakat perlu cermat. Jangan gegabah untuk cepat-cepat melakukan boikot dan melihat secara rasional bahwa perusahaan yang disebut-sebut milik Israel dan afiliasinya, sekarang sudah sebagian besar digerakkan oleh modal Indonesia.

“Dalam hal ini kita hanya membayar fee pada mereka. Tapi, keuntungan bagi kita itu kan adalah Perusahaan-perusahaan itu dapat menyerap pekerja-pekerja kita untuk bekerja di sana dan kemudian dapat membantu menurunkan kemiskinan dan pengangguran,” ucapnya.

Selain itu, target pemerintah yang ingin menurunkan angka stunting juga akan terhambat karena banyak masyarakat yang tidak lagi bisa memberikan gizi yang baik bagi anak-anak mereka akibat kemiskinan yang dialami karena terkena PHK.

“Jadi, dampaknya banyak. Kalau sudah terjadi kemiskinan, nanti tidak bisa menyekolahkan anak. Secara garis besar, efek berantai dari boikot itu sangat banyak dialami oleh masyarakat kita sendiri,” tuturnya.

Sementara, lanjutnya, angka stunting saat ini saja masih sangat besar, begitu juga dengan angka pengangguran, dan angka kemiskinan. “Apalagi pukulan Covid beberapa waktu lalu masih belum sepenuhnya normal, Kita dihantam global ekonomi, perang Rusia, sekarang ada perang Israel Palestina yang dampaknya nanti kepada harga minyak dan sebagainya,” tukasnya.

Jadi, kondisi-kondisi berat yang dialami masyarakat itu seharusnya jangan lagi ditambah dengan tindakan-tindakan lainnya seperti aksi boikot. “Seharusnya kita memikirkanlah agar jangan sampai terjadi lagi masalah-masalah sosial yang dapat merugikan masyarakat kita. Kita harus berpikir secara positif jangan main boikot gitu,” katanya.
 

Back to top button