News

Pekerja Seks di Red Light District Amsterdam Protes Aturan Baru

Para pekerja seks di Red Light District De Wallen, Amsterdam, Belanda, menggelar protes mengenai aturan pembatasan jam operasional di pusat bisnis prostitusi tersebut hingga pukul 03.00 waktu setempat karena alasan kesejahteraan dan keselamatan.

Mengutip CNN, Minggu (9/3/2023), beberapa pekerja seks menyebut aturan yang berlaku per 1 April tersebut meningkatkan stigma buruk terhadap mereka. Para penjaja seks ini merasa didiskriminasi secara tidak adil dan digunakan sebagai ‘kambing hitam’ untuk masalah kota dengan pariwisata massal.

Seorang pekerja seks, Felicia Anna (bukan nama sebenarnya karena alasan privasi), menilai pengurangan jam kerja sangat berpengaruh terhadap pendapatan. Banyak pekerja seks yang bahkan tidak bisa menutupi pengeluaran, mulai dari sewa kamar hingga membayar taksi untuk pulang dengan selamat.

“Sebagian besar mulai bekerja setelah pukul 12 malam atau pukul 1 dini hari, ketika bar mulai tutup. Sekarang Anda mungkin cuma punya waktu dua jam untuk menghasilkan uang, itu tidak cukup,” kata Anna, yang merupakan ketua serikat pekerja Red Light United.

Sumber lainnya, Violet (juga bukan nama sebenrnya), berbicara tentang masalah keselamatan para pekerja seks. Menurutnya, akan lebih berbahaya untuk pulang pukul 3 pagi dibandingkan waktu pulang sebelumnya, sekitar jam 6 pagi lantaran sudah banyak aktivitas warga juga beragam pilihan transportasi.

“Jika Anda pulang ke rumah pada pukul 3 pagi, terutama jika semuanya tutup, maka Anda, sebagai pekerja seks, akan berada dalam kerentanan yang lebih besar,” ujarnya.

“Penghasilan kami biasanya berbasis uang tunai. Jadi, saat itu di pagi hari, kita bisa jalan-jalan dengan membawa banyak uang. Jika tidak banyak orang di jalan, ini memberi kesempatan kepada orang yang ingin menjahati kami,” imbuhnya.

Tak hanya membatasi jam operasional, pemerintah kota juga berencana memindahkan para pekerja seks di De Wallen ke luar pusat kota untuk mengurangi kejahatan dan perilaku turis yang mengganggu di kota tersebut. Amsterdam ingin mengubah citra ‘liar’ dan ‘tanpa aturan’ tersebut ke arah yang lebih positif.

Pada Kamis (6/4/2023) lalu, para pekerja seks melayangkan protes saat dewan kota mulai membahas daerah mana yang bisa dijadikan pusat erotis baru. Para pengunjuk rasa menyerahkan petisi yang ditandatangani oleh 266 pekerja seks kepada Wali Kota Amsterdam Femke Halsema.

Pembatasan untuk pekerja seks hanyalah satu poin penting dalam upaya rebranding Amsterdam. Selain pembatasan jam dan relokasi Red Light District, pemerintah Belanda juga bakal mengetatkan penjualan alkohol serta menerapkan larangan merokok di jalan.

Back to top button