Market

Pantas LRT Banyak Masalah, Pengamat: Pembuatannya Tak Ramah Para Ahli

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad mengatakan, banyaknya masalah yang mendera proyek Light Rail Trail (LRT) Jabodebek lantaran minus perencanaan atau studi kelayakan yang terukur.

Ia menilai, dalam penyusunan studi kelayakan proyek yang nilai investasinya hampir Rp30 triliun itu, pemerintah cenderung tidak partisipatif dengan orang yang sangat ahli. “Dan katakanlah tidak melibatkan orang yang sepenuhnya tahu dengan konsekuensi dari setiap desain,” kata Tauhid saat dihubungi Inilah.com di Jakarta, Rabu (9/8/2023).

Dalam pandangannya, akses keluar dan masuk LRT menjadi sangat tidak layak. Karena hanya dibuat jalan kecil yang menjadi salah satu. Kalau dipaksakan beroperasi bisa sangat fatal. Desain yang tidak efisien mengakibatkan sebagian masyarakat sulit untuk mengakses jalan menuju LRT Jabodebek. “Sekarang kan jadinya orang tidak mikir jalan keluar masuk, lalu siapa yang mau naik dan bagaimana,” ungkap Tauhid.

Menurutnya, koordinasi dan birokrasi yang rumit ini, pada akhirnya menyebabkan nilai kebermanfaatan LRT Jabodebek, menjadi terjun bebas. tentu saja, berdampak kepada bengkaknya anggaran akibat biaya menjadi lebih tinggi.

“Proses koordinasi dan birokrasi yang begitu rumit akhirnya produknya jadi kurang bermanfaat, tentu menimbulkan beban biaya yang lebih tinggi,” jelas Tauhid.

Selain itu, Tauhid tidak menampik bahwa besarnya proyek ini tentu memakan anggaran serta melibatkan utang luar negeri. Semuanya masih bisa diakali jika target pasarnya bisa memenuhi APBN.

Tauhid menyebut masih perlu ada beberapa hal yang diperhatikan oleh pemerintah. termasuk memastikan keuntungan dari operasional LRT Jabodebek, bisa menutup APBN. Pertama, memastikan tingkat keamanan dari proyek ini sendiri. Kedua, menjaga kualitas pelayanan di LRT memenuhi standar. “Yang ketiga adalah tarif harga yang cocok dalam masyarakat menengah kebawah,” tambah Tauhid.

Pada soft launching Light Rail Transit atau LRT Jabodebek yang dilakukan pada 12 Juli 2023, sejumlah pemangku kebijakan berkesempatan menjajal moda transportasi publik tersebut.

Beberapa di antaranya yang tampak adalah Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi dan Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero/KAI), atau Didiek Hartantyo beserta jajarannya. Dalam acara soft launching LRT Jabodebek ini, uji coba kereta ringan dilakukan dari Stasiun Harjamukti ke Stasiun Dukuh Atas.

Menhub Budi menyebutkan, uji coba operasional terbatas ini merupakan wujud dari kehati-hatian pihaknya dalam hal keselamatan bertransportasi masyarakat. Pasalnya, LRT yang diuji coba mulai 12 Juli 2023 hingga 15 Agustus 2023. Berikut akan diresmikan Presiden Jokowi pada 18 Agustus 2023 sebagai tanda dimulainya operasional secara komersial.

“Saya sampaikan, kalau uji terbatas sampai 15 Agustus itu berjalan dengan baik, kita buka. Kalau ada hal tertentu yang belum, mungkin kita mengusulkan ke presiden untuk diundur sebentar,” ujar Menhub Budi di Stasiun LRT Dukuh Atas, Jakarta Selatan, Rabu (12/7/2023).

Terungkapnya adanya penilaian “salah desain” konstruksi jembatan lengkung (longspan) LRT Jabodebek yang akan membuat lajunya melambat, harus ditindaklanjuti dengan “audit” terhadap semua komponennya, kata pengamat transportasi.

“Lalu sampaikan ke publik hasil audit dan saran perbaikannya, jadi bukan hanya perang pernyataan di media massa saja,” kata pengamat transportasi Alvinsyah, Kamis (03/08).

Informasi mengenai “salah desain” itu pertama kali diungkap Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo, Selasa (01/08). Dia mengungkap “salah desain” lengkung bentang panjang (longspan) jembatan di antara Jalan HR Rasuna dan Jalan Gatot Subroto, menyebabkan kereta hanya bisa melaju 20 km/jam.

Back to top button