Market

OECD Ingatkan Ekonomi Global Melambat, BI Serukan Koordinasi Kebijakan

Perekonomian global akan sedikit melambat tahun depan namun risiko hard landing telah mereda meskipun tingkat utang tinggi dan ketidakpastian suku bunga. Bank Indonesia pun menyadari risiko ini. Apa antisipasinya?

Pertumbuhan global diperkirakan akan melambat dari 2,9 persen tahun ini menjadi 2,7 persen pada tahun 2024 sebelum meningkat pada tahun 2025 menjadi 3,0 persen. Demikian pernyataan Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) dalam Economy Outlook terbarunya, Rabu (29/11/2023), mengutip Reuters.

Pertumbuhan di negara-negara maju yang tergabung dalam 38 negara anggota OECD terlihat menuju soft landing dengan Amerika Serikat yang bertahan lebih baik dari perkiraan sejauh ini. OECD memperkirakan pertumbuhan AS akan melambat dari 2,4 persen tahun ini menjadi 1,5 persen tahun depan, merevisi perkiraannya dari bulan September ketika mereka memperkirakan pertumbuhan AS sebesar 2,2 persen pada tahun 2023 dan 1,3 persen pada tahun 2024.

Meskipun risiko terjadinya hard landing di Amerika Serikat dan negara lain telah berkurang, forum kebijakan yang berbasis di Paris itu mengatakan bahwa risiko resesi masih mungkin terjadi mengingat lemahnya pasar perumahan, tingginya harga minyak, dan lesunya pinjaman.

Perekonomian Tiongkok juga diperkirakan akan melambat karena negara tersebut bergulat dengan mengempisnya gelembung real estate dan konsumen lebih banyak menabung di tengah ketidakpastian yang lebih besar terhadap prospek perekonomiannya.

Pertumbuhannya terlihat berkurang dari 5,2 persen tahun ini menjadi 4,7 persen pada tahun 2024 – keduanya sedikit lebih tinggi dari perkiraan pada bulan September – sebelum melambat lebih lanjut pada tahun 2025 menjadi 4,2 persen, menurut perkiraan OECD.

Di kawasan euro, pertumbuhan terlihat meningkat dari 0,6 persen tahun ini menjadi 0,9 persen pada tahun 2024 dan 1,1 persen pada tahun 2025 ketika Jerman – negara dengan perekonomian terbesar di kawasan ini – keluar dari resesi tahun ini.

Meskipun demikian, OECD memperingatkan bahwa, karena tingginya tingkat pembiayaan bank di zona euro, dampak penuh dari kenaikan suku bunga masih belum pasti dan dapat membebani pertumbuhan lebih dari yang diperkirakan.

Sementara itu, Jepang, satu-satunya negara maju yang belum menaikkan suku bunga pada siklus saat ini, diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang lambat dari 1,7 persen tahun ini menjadi 1,0 persen pada tahun 2024 sebelum meningkat menjadi 1,2 persen pada tahun 2024.

Meskipun prospek pertumbuhan negara-negara tersebut berbeda-beda, negara-negara G7 mempunyai tekanan fiskal yang serupa dengan beban utang yang diproyeksikan akan terus meningkat di tahun-tahun mendatang di negara-negara G7, demikian peringatan OECD.

BI Serukan Koordinasi Kebijakan

Sementara itu Gubernur bank sentral Indonesia Perry Warjiyo pada hari yang sama menyerukan koordinasi yang lebih baik antara kebijakan fiskal dan moneter dalam negeri, di tengah persistennya risiko global dan melemahnya prospek ekonomi global.

post-cover
Gubernur BI Perry Warjiyo

Berbicara pada pertemuan tahunan para eksekutif keuangan dan pejabat pemerintah yang diselenggarakan oleh bank sentral, Warjiyo mengatakan Indonesia perlu berhati-hati karena pertumbuhan global akan melemah pada tahun 2024 sebelum membaik pada tahun berikutnya.

“Geopolitik mempengaruhi geoekonomi. Akibatnya, prospek ekonomi global akan melemah pada tahun 2024 sebelum membaik pada tahun 2025,” katanya, seraya menambahkan bahwa pertumbuhan global diperkirakan sebesar 2,8 persen pada tahun 2024 dan 3 persen pada tahun 2025. “Sinergi fiskal-moneter yang erat…perlu diperkuat demi ketahanan dan kebangkitan perekonomian (Indonesia),” tambahnya.

Indonesia dengan pertumbuhan perekonomian terbesar di Asia Tenggara ini diperkirakan akan melambat tahun ini setelah menyusutnya ekspor di tengah turunnya harga komoditas dan melemahnya permintaan, meskipun pengeluaran untuk pemilu pada bulan Februari dapat meningkatkan permintaan dalam negeri.

Warjiyo memperkirakan perkiraan pertumbuhan PDB Indonesia berada pada kisaran 4,7%-5,5% pada tahun 2024 dan 4,8%-5,6% pada tahun 2025, serta antara 5,3% dan 6,1% dalam jangka menengah pada tahun 2028.

Presiden Joko Widodo mengatakan pada acara yang sama bahwa Indonesia harus bersiap menghadapi dampak perang di Ukraina dan Gaza, yang dapat mempengaruhi rantai pasokan global dan harga energi. “Pertumbuhan ekonomi kita sebesar 5 persen masih lebih baik dibandingkan negara-negara lain dan inflasi kita juga terkendali, namun kita perlu tetap waspada,” kata Jokowi.

Siklus pengetatan moneter BI, termasuk kenaikan suku bunga sebesar 250 basis poin dari Agustus 2022 hingga Oktober 2023, juga diperkirakan akan menghambat pertumbuhan. Kenaikan suku bunga terakhir pada bulan Oktober merupakan respons terhadap depresiasi rupiah, dan mata uang tersebut menghadapi tekanan di tengah pengetatan moneter AS.

Warjiyo juga mengatakan langkah-langkah stabilisasi rupiah akan diperkuat tahun depan untuk memitigasi inflasi impor. Selain itu, kebijakan makroprudensial BI pada tahun 2024 akan tetap dipertahankan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi. Otoritas moneter akan menurunkan rasio penyangga likuiditas perbankan mulai Desember 2023. Langkah ini akan memberikan fleksibilitas likuiditas sekitar Rp81 triliun ($5,26 miliar) untuk mendukung pertumbuhan pinjaman pada tahun 2024.

Bank Dunia telah menetapkan target inflasi tahun 2024 pada kisaran 1,5 persen hingga 3,5 persen, dibandingkan dengan kisaran tahun ini sebesar 2 persen hingga 4 persen. Tingkat inflasi umum berada pada 2,56 persen pada bulan Oktober.

Back to top button