NewsMarket

Negara Siram Subsidi Rp3,6 Triliun, 10 Konglomerat Migor Pesta Pora

Demi menjaga minyak goreng terjangkau rakyat, pemerintah menyiapkan subsidi Rp3,6 triliun. Konglomerat minyak goreng (migor) pesta pora.

Hari-hari ini, para emak dan pedagang gorengan di jalan, bisa bernafas lega. Lantaran, pemerintah berbaik hati menyiapkan subsidi minyak goreng. Sehingga mereka bisa membeli migor dengan harga terjangkau.

Ya, bayangkan saja, para ibu, pemilik warung atau penjual gorenngan di pinggir jalan harus beli minyak goreng seharga Rp20 ribu per liter. Jauh di atas harga eceran tertinggi sebesar Rp11 ribu per liter. Jelaslah berat.

Pemerintah menetapkan harga minyak goreng kemasan sederhana di tingkat konsumen, sebesar Rp14.000 per liter. Untuk itu, pemerintah siapkan subsidi migor. Jumlahnya lumayan jumbo juga. Yakni Rp3,6 triliun untuk enam bulan.

“Pemerintah mengambil kebijakan untuk menyediakan minyak goreng untuk masyarakat dengan harga Rp 14.000 per liter di tingkat konsumen yang berlaku di seluruh Indonesia,” ujar Menko Perekonomian, Airlangga Hartato, Rabu (5/1/2021).

Di sisi lain, para taipan minyak goreng yang kehidupannya bergelimang harta, bisa pesta pora. Lantaran produknya laris manis dengan harga bagus. Lalu siapa saja konglomerat yang menikmati hasil dari minyak goreng? Ternyata banyak juga lho.

1. Martua Sitorus
Martua Sitorus adalah sosok di balik guritas bisnis Wilmar dengan salah satu produknya adalah minyak goreng dengan berbagai merek. Di Indonesia, merek minyak goreng dari Wilmar adalah Fortune dan Sania.

Sebagaimana dicatat Forbes Martua Sitorus memiliki kekayaan bersih sebesar 2,9 miliar dollar AS dan menempatkannya di urutan 1.101 orang terkaya di dunia.

Berkolaborasi dengan Kuok Khoon Hong, Martua mendirikan Wilmar pada 1991. Namun ketimbang di Indonesia, perusahaan ini memilih mencatatkan diri di Bursa Efek Singapura atau Singapore Stock Exchange (SGX).

Wilmar International Ltd pernah masuk sebagai perusahaan sawit terbesar dunia pada 2018. Saat awal berdiri, perusahaan ini memiliki kurang dari 10.000 hektar kebun kelapa sawit di Sumatera Utara.

Kemudian, perusahaan ini terus berkembang hingga konsesinya mencapai ratusan ribu hektar. Dan, memiliki banyak pabrik pengolahan minyak sawit. Majalah Forbes bahkan menjulukinya sebagai Raja Minyak Sawit Indonesia.

2. Bachtiar Karim
Bachtiar Karim bersama dengan saudaranya, Burhan dan Bahari, adalah pemilik Grup Musim Mas, salah satu perusahaan sawit terbesar di Indonesia. Pada 2019, penjualan konglomerasi sawit itu mencapai 6,6 miliar dollar AS.

Produk minyak goreng terkenal dari Musim Mas adalah Sanco, Amago, dan Voila. Bachtiar Karim adalah orang terkaya di Indonesia di urutan kesebelas versi Forbes. Total kekayaannya adalah 3,1 miliar dollar AS.

3. Anthony Salim
Anthony Salim tak hanya dikenal dengan produk mie instan, Indomie. Kelapa sawit juga jadi penyumbang pundi-pundi kekayaan Grup Salim.

Bisnis kelapa sawit Keluarga Salim dijalankan lewat perusahaannya Indofood Agri Resources Ltd. Perusahaan sawit lain di bawah Grup Salim antara lain PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) dan PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP).

Produk minyak goreng terkenal dari Grup Salim adalah Bimoli, Delima, dan Happy. Generasi kedua keluarga Salim itu juga beberapa kali dinobatkan Forbes sebagai orang terkaya di Indonesia.

Tahun 2020, ia berada di urutan keempat dengan kekayaan 5,9 miliar dollar AS atau sekitar Rp 83,35 triliun. Namun di tahun 2021, nama Anthony Salim hilang dari daftar orang terkaya Indonesia versi Majalah Forbes.

Dalam beberapa tahun ke belakang, Grup Salim juga mengakuisisi banyak perusahaan kelapa sawit, sehingga luas kebun sawit yang dikelolanya semakin besar.

4. Keluarga Widjaya
Penguasa minyak goreng selanjutnya adalah keluarga Widjaja yang merupakan pemilik Grup Sinar Mas. Produk minyak goreng terkenalnya adalah Filma. Pendirinya, Eka Tjipta Widjaya secara rutin masuk dalam daftar orang terkaya di Indonesia. Sepeninggal Eka Tjipta, bisnis perusahaan diteruskan ke generasi kedua dan ketiganya. Eka meninggal pada Januari 2019 di usia 98 tahun.

5. Sukanto Tanoto
Sukanto Tanoto adalah konglomerat pemilik grup usaha Royal Golden Eagle International (RGEI) yang dulu dikenal sebagai Raja Garuda Mas yang berbasis di Singapura. Sebelum sebesar sekarang, Sukanto memulai bisnisnya pada tahun 1967 sebagai pemasok suku cadang dan pengusaha di bidang jasa konstruksi untuk industri minyak.

Kelompok bisnis RGE, bergerak di berbagai industri di antaranya yang terbesar yakni industri kertas dan pulp oleh (Asia Pacific Resources International Holding Ltd atau APRIL), dan industri perkebunan Kelapa Sawit (Asian Agri dan Apical).

Dicatat Forbes, kekayaan Sukanto Tanoto mencapai 2,1 miliar dollar AS dan menempatkannya di urutan 1.561 orang paling tajir di dunia di 2021. Bisnis kelapa sawit dan minyak goreng RGEI berada di bawah bendera Apical dan Asian Agri. Salah satu produk minyak gorengnya yang cukup terkenal adalah Camar.

6. Peter Sondakh
Peter menjalankan sejumlah bisnis di bawah bendera PT Rajawali Corpora, yakni PT Eagle High Plantations Tbk, Golden Eagle Energy Tbk, Fortuna Indonesia, St. Regis Bali, The Four Seasons Hotel Jakarta, dan sebagainya.

Di bawah bendera PT Eagle High Plantations Tbk, perkebunan kelapa sawit milik konglomerasi Rajawali ini memiliki wilayah perkebunan yang tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Forbes mencatat kekayaan Peter Sondakh saat ini sebesar US$ 2,1 miliar atau sekitar Rp 30 triliun.

7. Susilo Wonowidjojo
Susilo Wonowidjojo lebih dikenal sebagai pemilik pabrik rokok Gudang Garam. Namun ia juga ikut masuk ke bisnis perkebunan kelapa sawit lewat perusahaannya Makin Group. Perusahaan sawit miliknya banyak terkonsentrasi di Provinsi Jambi dan Kalimantan Tengah lewat anak perusahaannya PT Matahari Kahuripan. Forbes mencatat jumlah hartanya saat ini mencapai US$ 4,8 miliar atau sekitar Rp 68 triliun.

8. Putera Sampoerna
Putera Sampoerna juga dikenal luas sebagai bos perusahaan rokok PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) yang mayoritas sahamnya telah dijual ke perusahaan rokok raksasa dunia, Philip Morris. Selepas melego bisnis rokok miliknya, Putera Sampoerna fokus pada bisnis investasi lewat Sampoerna Strategic yang bergerak di bidang bisnis keuangan, properti hingga perkebunan.

Putera Sampoerna juga pemilik PT Sampoerna Agro Tbk (SGRO), perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan dengan produk terdiversifikasi termasuk minyak sawit (CPO) dan inti sawit (PK). Sampoerna Agro menguasai lebih dari 100.000 hektar kelapa sawit di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Sumatera Selatan.
Forbes mencatat jumlah kekayaannya saat ini US$ 1,8 miliar atau sekitar Rp25 triliun.

9. Murdaya Poo
Murdaya Poo adalah pendiri Central Cipta Murdaya, yang memiliki investasi di bidang teknologi, IT, kelapa sawit, dan kayu lapis. Grup tersebut banyak terlibat dalam megaproyek agribisnis yang direncanakan untuk kabupaten Merauke, provinsi Papua. Forbes mencatat jumlah kekayaannya saat ini US$1,2 miliar atau sekitar Rp17 triliun.

10. Ciliandra Fangiono
Saat ini, Ciliandra menjabat CEO First Resources, perusahaan kelapa sawit yang terdaftar di Singapura. Perusahaan yang mengelola bisnis oleokimia ini, saham mayoritasnya dikuasai Keluarga Ciliandra. Umurnya masih muda, Ciliandra baru 45 tahun, menempati posisi 22 dari 50 orang terkaya di Indonesia, versi Majalah Forbes. Total kekayaannya mencapai US$1,83 miliar.

Di bawah kepemimpinan Ciliandra yang lebih dari 1 dekade, grup First Resources terus memperluas aset perkebunan dan mengembangkan industri yang terintegrasi dengan kemampuan pemrosesannya sendiri. Sebelum bergabung dengan First Resources, Ciliandra bekerja di Bank Merril Lynch, Singapura.

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button