News

Munas NU 2023: AI Boleh untuk Konsultasi, Tapi Haram untuk Fatwa Keagamaan

Dalam era teknologi yang semakin canggih, kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) sering menjadi sumber informasi bagi banyak orang, termasuk dalam hal keagamaan. Namun, Musyawarah Nasional (Munas) Alim Ulama Nahdlatul Ulama (NU) 2023 memberikan batasan terhadap peran AI ini.

Ketua Komisi Bahtsul Masail Waqi’iyah Munas Alim Ulama NU 2023, KH Hasan Nuri Hidayatullah, menegaskan dalam Konferensi Pers di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Selasa (19/9/2023) bahwa mengajukan pertanyaan keagamaan kepada AI boleh dilakukan, tetapi haram menjadikannya sebagai pedoman yang diamalkan.

“Dilarang atau diharamkan atau tidak boleh memedomani jawaban keagamaan dari AI,” ujarnya, seperti mengutip Antara, Rabu (20/9/2023).

Alasan Larangan

Ada beberapa alasan mendasar yang membuat keputusan ini diambil. Pertama, kebenaran informasi yang disampaikan oleh AI belum terjamin. Meskipun kecerdasan buatan bisa memiliki kapasitas pengetahuan yang melebihi manusia, ia tidak bisa dijadikan sumber yang pasti dalam memohon fatwa keagamaan.

“AI ini belum bisa dijadikan objek memohon fatwa karena unsur kebenarannya masih belum bisa dijamin,” kata Katib Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Hasan Nuri Hidayatullah.

Kedua, terdapat potensi bias dalam jawaban yang diberikan oleh AI, khususnya karena banyak dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan non-Muslim. Hal ini berpotensi mempengaruhi akurasi dan keobjektifan informasi keagamaan yang disampaikan.

Rumah Potong Hewan (RPH)

Tak hanya membahas tentang kecerdasan buatan, Komisi Bahtsul Masail Waqi’iyah Munas Alim Ulama NU 2023 juga membahas perihal tata kelola dan manfaat dam haji tamattu’. 

Dalam hal ini, dam haji tamattu’ harus disembelih di Tanah Haram, sedangkan distribusinya boleh di tanah halal, seperti Indonesia. Komisi ini juga merekomendasikan agar pemerintah mendirikan Rumah Potong Hewan (RPH) di Tanah Haram untuk memvalidasi keabsahan dam haji tamattu’.

Ketua Komisi Bahtsul Masail Waqi’iyah menutup pernyataannya dengan mengingatkan pentingnya validasi informasi, terutama dalam era digital saat ini. Ia menegaskan bahwa keagamaan tidak bisa semata-mata bergantung pada teknologi, meskipun perkembangan teknologi tersebut sangat pesat.

“Ketergantungan pada informasi yang diterima dari AI adalah sesuatu yang harus dihindari, terutama dalam konteks keagamaan,” pungkasnya.

Back to top button