Market

Miskin Inovasi Apalagi Gebrakan, DPR Semprot PLN dan PTPN

Tak sedang bercanda, anggota Komisi VI DPR, Deddy Yevri Hanteru Sitorus melontarkan kritik pedas kepada dua BUMN, yakni PT PLN (Persero) dan PT Perkebunan Nusantara (Persero/PTPN). Jalankan bisnis bak kolonial.

Menurut politikus PDI Perjuangan ini, pola bisnis yang dijalankan baik PLN dan PTPN, tak beda jauh. Tidak ada inovasi dari kedua industri pelat merah ini.

“Tetapi saya memahami bahwa bisnis PLN ini bisnis kolonial. Dalam artian, kerjanya ya itu-itu aja, bikin pembangkit listrik, jual listrik, pasarin, kalau sederhananya,” kata Deddy di ruangan Komisi VI DPR, Jakarta, Rabu (12/7/2023).

Selanjutnya dia menuding PTPN serupa dengan PLN, diawali dengan penanaman tebu dan penjualan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO), atau gula pada tahap akhir.

Belum terlihat, PLN maupun PT{N menjadi pemain bisnis utama. sejauh ini, masih menjadi pengikut. PLN tidak mengambil peran dalam industri manufaktur maupun tren ke depannya.

“Katakan misalnya solar panel gimana kita, sekarang Chinese. Saya bingung misalnya salah satu pengusaha sebut saja Tomy Winata akan menjual 5 gigawatt ke Singapura, sudah mendapat konsesi area ratusan ribu hektar di sekitar kepulauan Riau, where the hell is in PLN,” ujarnya.

Deddy menyarankan anak usaha maupun cucu perusahaan PLN bisa mengambil andil untuk menjadi penyedia baterai listrik. Ia menilai potensi bisnis yang sangat terbuka.

“Blue hydrogen saya kira kurang dari 10 tahun saya kira akan pasif, di mana PLN di sana? karena the way we sell electricity sekarang pasti akan berbeda. Jangan-jangan takutnya saya PLN jadi dinosaurus ketika itu terjadi,” imbuh Deddy.

Kalau ini dibiarkan, Deddy khawatir, PLN akan kehilangan peluang yang bisa membawa lebih maju. Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo perlu memiliki roadmap PLN agar bergerak ke arah manufaktur. “Coal place out rencananya tahun 2030, sementara majority pembangkit kita ada di sana,” tuturnya.

Back to top button