Market

Menuju UMKM Maju, Omzet Rumah Produksi Kopi Solok Naik 3 Kali Lipat

Peran swasta dalam menumbuhkan sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), cukup efektif. Salah satunya rumah produksi kopi di Kabupaten Solok, Sumatera Barat, berkembang pesat.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga S Uno, terus mendorong peran swasta dalam memajukan sektor UMKM. Sejauh ini, Kemenparekraf fokus untuk mengimplementasikan berbagai program dan inisiatif terkait penguatan daya saing dan adaptasi digital bagi para pelaku UMKM.

“UMKM memiliki peran strategis dalam perekonomian negara, dan dengan semakin ketatnya persaingan global, dukungan penuh bagi sektor ini menjadi salah satu prioritas utama dalam agenda kebijakan ekonomi kreatif,” kata Menteri Sandi, Sabtu (27/10/2023).

Sementara, Ketua Kelompok Tani Kopi Kayu Aro di Kabupaten Solok, Sumatera Barat, Dori mengaku sangat terbantu dengan keberadaan rumah produksi kopi yang merupakan unit UMKM. Manfaat tidak hanya dirasakan oleh kelompok tani saja tetapi juga masyarakat sekitar.

Sebelum ada rumah produksi, para petani kopi di Kayu Aro harus menjual panen mereka jauh ke luar daerah dengan harga murah. Dori mengatakan, keberadaan rumah produksi memudahkan para petani menjual panen kopi dengan mengikuti harga pasar. “Berapa harga pasaran, kami juga membeli dengan harga segitu,” kata Dori.

Mengembangkan perekonomian warga menjadi salah satu program tanggung jawab sosial (CSR) PT Tirta Investama, atau Aqua Solok. Beragam kegiatan juga telah dilakukan Aqua guna mengasah kemampuan masyarakat sekitar pabrik guna meningkatkan ekonomi mereka.

Berdiri sejak 2013 di Kabupaten Solok, Aqua telah melakukan beragam pelatihan, pendampingan hingga pengembangan teknik pembibitan dan tanam kepada kelompok tani di wilayah tersebut. Sebut saja pengembangan kebun stroberi, budidaya maggot, penanaman kopi hingga sayuran aquaponik.

Teranyar, mendirikan rumah produksi kopi di Jorong Kayu Aro, Nagari Batang Barus, Kecamatan Gunung Talang, Kabupaten Solok, Sumbar. Rumah produksi kopi itu pun mampu meningkatkan perekonomian petani dan masyarakat sekitar.

Dengan adanya rumah produksi ini, petani juga bisa mengelola ceri kopi merah menjadi grean bean. Mitra Pelaksana CSR AQUA Solok, Human Initiative (HI) menjelaskan bahwa para petani di Kayu Aro dapat menjual langsung hasil panen ke rumah produksi kopi dengan harga yang lebih kompetitif.

Sebelumnya, hasil panen kopi hanya di jual Rp 35 ribu/kg green bean ke pengepul. Sekarang para petani sudah bisa menjual dengan standar kafe menjadi Rp 110 ribu/kg green bean. “Jadi ada tiga kali lipat peningkatan nilai jual,” kata Kepala Cabang HI Sumbar Defri Hanas.

Defri mengatakan, dalam bisnis kopi selama ini yang paling diuntungkan adalah pemain tengah seperti pengepul dan tengkulak. Keberadaan rumah produksi kopi membuat para petani menjadi pemain tengah karena mampu mengelola langsung hasil panen mereka.

“Jadi akan ada benefit yang lebih besar dan ada value peningkatan nilai ekonomi. Dengan begitu, anggota kelompok sejahtera, petani sekitar jauh sejahtera,” katanya.

Dia menjelaskan, permintaan kopi yang masuk ialah 1 ton grean bean. Sementara produksi mereka baru 20-40 kilogram dalam dua minggu sejak dibuka.

“Target kita adalah satu ton satu bulan. Kita akan hitung berapa produksi kopi di Kayu Aro, jika tidak memenuhi kita akan ambil dari luar,” pungkasnya.

Dia berharap dengan adanya edukasi masyarakat dalam menanam, merawat hingga memanen kopi mampu meningkatkan ketahanan pangan serta ekonomi petani dan masyarakat sekitar. Kegiatan diharapkan dapat mengispirasi masyarakat lain terpacu juga bertanam kopi sehingga tercipta kawasan kopi.

Back to top button