Market

Menkeu Tetap Cermati Perkembangan Pasar Keuangan Global

Capaian pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I melampaui ekspektasi pasar. Pertumbuhan pada tahun 2023 diperkirakan akan tetap kuat ditopang dari penguatan permintaan domestik. Tingkat inflasi yang semakin terkendali dan tetap positifnya kinerja ekspor.

“Tekanan global karena sudah diprediksi tahun ini adalah tahun yang lemah pertumbuhan ekonominya seluruh dunia, pasti nanti akan berimbas dan kita sudah mulai melihat. Meskipun kita lihat, ekonomi Indonesia masih sangat resilien dengan pertumbuhan kuartal satu dan juga penerimaan-penerimaan negara kita yang masih tumbuh cukup tinggi,” jelas Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN KiTa Edisi Mei secara daring, Senin (22/5/2023).

Perekonomian global masih diwarnai risiko dan tantangan, salah satunya ditunjukkan oleh aktivitas manufaktur global yang masih tertahan di zona kontraksi yang sudah berlangsung selama 8 bulan. Sementara itu, inflasi global melandai. Tingkat inflasi sudah turun di bawah suku bunga acuan di banyak negara, kecuali di Eropa dan Jepang.

Begitu pula dengan harga komoditas energi dan pangan yang terus melanjutkan penurunan. Asia menjadi motor pertumbuhan global, tercermin dari pertumbuhan ekonomi Kuartal I 2023 yang resilien di beberapa negara Asia, termasuk Indonesia mencapai 5,0% (Filipina 6,4%, Malaysia 5,6%, Tiongkok 4,5%), sedangkan kawasan Eropa masih terkendala tingkat inflasi tinggi dan kenaikan suku bunga agresif.

Lebih lanjut, Menkeu menjelaskan surplus APBN bulan April mengalami peningkatan didorong kinerja Pendapatan Negara yang kuat. Meski demikian, Pemerintah mewaspadai moderasi Penerimaan Negara ke depannya.

Dari sisi eksternal untuk kuartal satu, kinerja Neraca Perdagangan (NP) masih melanjutkan surplus, memasuki bulan ke-36. NP April 2023 surplus sebesar USD3,94 miliar, dengan ekspor USD19,29 miliar dan impor USD15,35 miliar, masing-masing menurun sebesar 29,4% (yoy) dan 22,3% (yoy).

Sebagian komoditas unggulan ekspor mengalami penurunan akibat moderasi harga komoditas. Di lain sisi, Indonesia juga mengalami peningkatan dari kunjungan Wisman, naik 470,4% (yoy) pada Maret 2023, meskipun belum mencapai tingkat prapandemi.

Persepsi terhadap kinerja Indonesia tetap membaik di tengah ketidakpastian global. Penilaian risiko investor terhadap Indonesia terus membaik, tercermin dari level CDS Indonesia yang masih stabil dan cenderung menurun. “Selain itu, nilai tukar Rupiah tetap melanjutkan tren apresiasi sejak awal tahun 2023, menguat 4,2% (ytd), sedangkan indeks Dolar AS kembali menunjukkan adanya tekanan,” paparnya.

Di tengah perkembangan pasar dan kebijakan moneter global, termasuk kebijakan The Fed, kinerja pasar SBN tetap terjaga seiring terus membaiknya sentimen pasar keuangan domestik dan didukung likuiditas yang cukup ample, sehingga mampu mendorong tren penyempitan spread LCY (local currency yield) terhadap UST.

Dibanding beberapa negara emerging markets, posisi yield Indonesia relatif moderat. Meski demikian, tetap dicermati volatilitas pasar keuangan global yang masih cukup tinggi.

Back to top button